Minggu, 02 April 2017

Punarbhawa ( Agama Hindu )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Kenapa aku dilahirkan?” pertanyaan seperti itu tentu sering kita dengar dan ilmu pengetahuan tentang rohani memberi kita jawaban atas pertanyaan tersebut.  Di dalam tubuh manusia, sel-sel yang jumlahnya bermilyard-miliyard berulang kali berinkarnasi atau punarbhawa. Setiap hari entah berapa juta sel dari tubuh manusia mengalami kematian dan muncul sel yang baru sebagai penggantinya, jika hal ini ditinjau secara mikro dari susut sel itu sendiri, maka berarti itu mengalami inkarnasi . jasad dengan jiwa, dapat diumpamakan seperti lilin dengan api. Dimana tubuh seumpama lilin dan jiwa seumpama api yang manyala. Kita melihat lilin itu menyala, tetapi sebenarnya api itu berulang kali hidup dan berulang kali mati. Nyala api itu sebenarnya terjadi dari paduan hidup dan mati, api yang menyala karena minyaknya lilin, mengalami kematian setelah bagian lilin itu habis terbakar, tetapi apinya turun berinkarnasi, hidup kembali dengan mengambil bagian lilin dibawahnya, sehingga kelihatan lilin itu hidup terus, padahal kenyataanya telah berulang kali mengalami kematian. Api akan terus menyala selama lilin masih ada.
Demikian pula hanya atma akan terus berinkarnasi selama terikat pada jasad. Roh-roh suci dan roh-roh berdosa akan menikmati karma mereka di alam baka sampai habis, dan setelah itu, tinggallah bekas-bekas keterikatannya yang menariknya kembali ke dunia. Setelah lahir di dunia, dia akan memesan badan sesuai dengan karma wasanaya dulu. Wasana atau bau bekas itu, masih dibawa seperti halnya botol minyak wangi walapun minyaknya sudah habis tetapi bau minyaknya masih tetap. Demikianlah atma yang dibungkus oleh bau bekasnya yang lampau lahir berikarnasi ke dunia. Melalui baunya ini, kita dapat tahu jenis minyak yang mengisi botol itu sebelumnya. Orang sering bertanya, kalau betul manusia itu pernah lahir, mengapa dia tidak ingat dengan kelahirannya yang lampau? Masalah ingat dan tidak ingat barangkali tidak boleh kita pakai pegangan bahwa orang itu tidak pernah lahir sebelumnya, sebab jangnakan kelahiran yang terdahulu, dimana otak dan jasadnya sudah hancur berkeping-keping menjadi debu, sedangkan apa yang kita buat seminggu yang lalu, sudah sebagian besar perbuatan kita itu dilupakan.
Belum lagi kalau kita tanyankan pada waktu kita kecil, siapa masih ingat bagaimana kita menetek pada susu ibu, mengapa kita tidak ingat, kita sering berak di tempat tdiur. Oleh sebab itu ketidak ingatan kita itu, tidak boleh kita samakan dengan tidak pernah lahir pada kehidupan yang lampau. Seorang jiwan mukti yang tidak terikat lagi dengan benda-benda duniawi, ingatannya pun bersih, orang yang sedemikianlah yang bisa ingat seluruh apa yang pernah dialamiinya, dari sejak perkembangan jadi makhluk di dunia. Sang Budha pernah mengatakan dan menceritakan kelahiran beliau yang berulang kali, bahkan beliau mengatakan bahwa sebelum kelahiran sebagai manusia, beliau pernah lahir menjadi gajah. Beliau ingat karena beliau jiwan mukti. Sebelum mencapai tingkatan jiwan mukti, manusia tidak pernah ingat apa yang pernah dikerjakannya seluruhnya. Lalu apa yang menyebabkan reinkarnasi itu terjadi? Apa itu sebenarnya reinkarnasi atau purnabhava itu?. Disini kami akan membahas dan mempelajari lebih dalam lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan purnarbhawa atau reinkarnasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa itu Reikarnasi atau punarbhawa?
2.      Apa yang menyebabkan reikarnasi atau punarbhawa itu tejadi?
3.      Apakah Reikarnasi itu merupakan jawaban yang rasional setelah adanya suatu kematian?
4.      Bagaimana Reinkarnasi atau Punarbwa dalam tradisi lain?
5.      Bagaimana caranya agar atma atau roh dapat terhindar dari rantai kelahiran kembali (reinkarnasi/punarbhawa)?
6.      Apakah ada kasus atau contoh bukti nyata terjadinya Reinkarnasi atau Punarbhawa dalam suatu Negara di dunia?

1.3 Tujuan

1.      Untuk dapat mengetahui apa itu reinkarnasi atau punarbhawa
2.      Untuk mengetahui apa yang menyebabkan reinkarnasi atau punarbhawa itu terjadi
3.      Untuk mengetahui apakah reinkarnasi itu jawaban rasional setelah adanya kematian.
4.      Untuk mengetahun reinkarnasi atau punarbhawa dalam tradisi lain
5.      Untuk mengetahui bagaimana caranya agar atma atau roh itu dapat terlepas dari rantai kelahiran kembali (reinkarnasi/punarbhawa).
6.      Untuk mengetahui contoh kasus atau bukti nyata terjadinya reinkarnasi dalam Negara lain.


BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Reinkarnasi atau Punarbhawa

Hindu menyatakan bahwa kematian sudah ditentukan bagi semua makhluk hidup. Ini adalah Hukum Universal dan tak seorangpun dapat sembunyi. Meskipun tak terhindarkan, kematian banyak disalahpahami dan ditakuti. Di Agama Hindu mengajarkan bahwa kematian adalah identik dengan seseorang menggantikan pakaian lama yang sudah using dengan pakaian baru. Mengganti pakaian atau memebuang pakaian lama sama hakikatnya dengan kematian dan mengambil pakian baru sama hakikatnya dengan kelahiran. Proses lahir-hidup-mati, lahir-hidup-mati, berulang dan berhenti ketika atma mencapai moksa. Sebagian orang mengenal istilah proses tersebut dengan Reinkarnasi atau Punarbhawa.

A.  Reinkarnasi atau Punarbhawa menurut kitab suci Agama Hindu :
Agama Hindu sudah jelas-jelas meyakini reinkarnasi, reinkarnasi adalah ajaran dasar pada kedua agama Timur ini. Di Hindu sendiri poin reinkarnasi masuk kedalam 5 dasar keyakinan mendasar, Ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu antara lain adalah sebagai berikut:
- Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
- Beberapa jiwa memasuki kandungan untuk ditubuhkan; yang lain memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan perbuatan dan pikiran mereka.-[Katha Upanisad 2.2.7]
- Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal (Brahman) dari Ku, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran.-[Bhagavad Gita 15.7]
- Setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah ke badan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan-[Bhagawad Gita 2.13]
- Ibarat orang meninggalkan pakaian lama dan menggantinya dengan yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani baru.-[Bhagawad Gita 2.22]
- Reinkarnasi atau Punarbhawa merupakan sama seperti rumah masuk ke rumah baru setelah yang lama dibakar dan hancur, jiwa masuk ke tubuh baru dengan semua benda dan lima organ rasa.[Garuda Purana II.32.33]
Dalam filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu, pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal, jika manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.

B.  Reinkarnasi atau Punarbhawa menurut Orang Barat :
F.Dahler seorang ilmuwan dan pastor Katolik  berpendapat bahwa Reinkarnasi itu manusia dalam rentetan  evolusi memang berasal dari Tuhan, tetapi tidak secara langsung. Ia berasal dari Tuhan dengan mengalami proses penjelmaan selama jutaan tahun melalui tumbuhan dan binatang.
Rosemary Ellen Guiley, dalam bukunya “Tales of Reicarnation” mengatakan bahwa reinkarnasi merupakan mengambil bentuk dalam peningkatan keahlian bakat dan kecendrungan kepada suatu profesi.
Menurut Dr. Ian Stevenson, Reinkarnasi merupakan sebab dari bakat yang hebat yang terdapat pada anak-anak. Pada umumnya orang percaya bahwa factor keturunan dan lingkungan yang menyebabkan adanya bakat-bakat hebat pada anak-anak tertentu.
Ralph Waldo Emerson, Filsuf Amerika mengatakan bahwa kejeniusan itu merupakan hasil dari reinkarnasi.

Reinkarnasi, salah satu kenyakinan pokok agama Hindu, sering menerima kritik. Berbeda dengan pasangannya hukum karma, yang lebih bisa dan mudah diterima orang banyak. Tetapi tenpa reinkarnasi hukum karma sebenarnya juga akan kehilangan rasionalitas dan daya tariknya. Salah seorang pengkritik serius dari reinkarnasi di Indonesia adalah Prof.Dr.Louis Leahy S.J, seorang guru besar filsafat dan rohaniwan Katolik. Dalam bukunya “Mistery Kematian, Suatu Pendekatan Filosofis”, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996, Louis Leahy, mencoba membela kenyakinan tentang adanya kehidupan sesudah mati, dengan argumentasi filsafat yang kaya. Pembelaan Louis Leahy untuk kepercanyaan mengenai hidup kekal, lebih ditunjukkan kepada orang-orang yang tidak percaya akan adanya kehidupan sesudah mati. Orang-orang yang menganut fama materialis ini tampaknya lebih banyak ditemukan di dunia barat. Namun bagi pembaca di Indonesia buku yang ditulis Louis Leahy ini memberikan dukungan tambahan bagi kenyakinan bahwa dengan kematian mansuia tidak lenyap begitu saja. Menurut Louis Leahy ia manyatakan bahwa Reinkarnasi itu hanyalah “pemecahan semu” terhadap masalah kekelan hidup. Jawaban sejati terhadap hal ini adalah kenyakinan tentang “kebangkitan tubuh”.
Penjelasan Louis Leahy di dalam bukunya ini dapat diringkas dalam pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
Pertama. Reinkarnasi adalah salah satu jawaban atas pertanyaan apakah ada hidup setelah mati.
Kedua. Reinkarnasi mampu menjelaskan secara rasional perbedaan-perbedaan dan ketimpangan “nasib” manusia di dunia ini, dan mendorong manusi kearah pemurnian moral.
Ketiga. Reinkarnasi adalah satu-satunya penjelasan untuk mempertahankan keadilan ilahi terhadap manusia dengan memberinya harapan akan perbaikkan nasibnya dalam kehidupan-kehidupan kini maupun di masa depan. Pesan inilah yang menyebabkan doktrin reikarnasi mendapat sambutan yang actual dari banyak orang, termasuk orang-orang Kristen dan Islam.

2.2 Penyebab Reinkarnasi atau Punarbhawa itu terjadi

Setelah membanyar segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya di neraka, maka seorang pendosa dilahirkan kembali untuk menerima sisa-sisa perbuatan masa lampaunya. Misalnya saja, dimana pembunuh seorang Brahman pertama-tama akan dilahirkan menjadi seekor anjing, kemudian secara bertahap menjadi unta, keledai, kodok, dan burung pemangsa. Pencuri emas akan lahir menjadi cacing atau sebagai seekor insekta. Pembunuh seorang Brahman juga bis alahir sebagai penderita tuberkolosis tak beraturan. Orang yang senang mencuri makanan akan mengalami kelaparan pada kehidupan selanjutnya. Seorang pembohng akan menjadi orang bisu pada kehidupan selanjutnya. Orang yang mencuri minyak akan lahir menjadi kecoa dan pencuri sayuran hijau akan lahir menjadi burung merak.
Jika seseorang mencuri wewangian, maka dalam kehidupan selanjutnya ak akan menjadi rayap. Dan orang yang sennag mencuri bahan makanan akan lahir menjadi tikus.
Pencuri buah-buahan akan lahir menjadi kera, pencuri binatang akan menjadi kambing, pencuri susu akan menjadi burung gagak. Pencuri daging akan alhir menjadi seekor burung pemngsa dan pencuri garam hanya akan mendapatkan pakian yang compang-camping dalam kehirpan selnajutnya. Masing-masing akan menrima sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Kelahiran kembali pada sang jiwa atau roh ini diakibatkan atas dosa-dosa yang telah ia lakukan. Untuk membanyar dosa-dosa tersebut maka sang atma atau roh tersebut harus turun atau lahir kembali menjadi sesuai dengan karma yang telah ia lakukan terdahulu baik sesuai dengan karma yang baik yang ia lakukan atau karma buruk yang telah ia perbuat semasa kehidupan terdahulu.

2.3 Reinkarnasi atau Punarbhawa : Jawaban Rasional setelah kematian

Seperti telah disebutkan di awal bahwa dari tulisannya Louis Leahy tampak memberikan pengharagaan yang tinggi kepada reinkarnasi. Secara rasional tempaknya Louis Leahy ini dapat menerima reinkarnsai sebagai pemecahan bagi hidup kekal, tapi secara imam hal ini bertentangan dengan dogma agamanya kenyakinan umatnya. Penerima doktrin reikarnasi yang semakin meluas di barat mendorong dia untuk memberikan reaksi yang tidak semestinya. Alasan-alasan yang dikembangkannya untuk menolak reinkarnasi adalah bahwa kenyakinan ini mendukung paham “dualisme” badan dan jiwa. Alasan ini sudah dibahas dan dibantah  yang intinya adalah sebagai berikut. Jiwa dan badan memang memiliki esensniya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Badan adalah esensi materi atau benda. Badan bersal dari unsure-unsur alam (panca mahabuta). Jiwa adalah esensi spiritual. Jiwa berasal dari Tuhan (Atman berasal dari dan memiliki hakikatyang sama dengan Brahman). Dalam manusia yang hidup kedua esensi ini membentuk satu kesatuan pribadi. Sekalipun demikan kedunya tetap memiliki hakikatnya sendiri. Badan bisa terluka oleh senjata dan terbakar oleh api. Jiwa dalam arti kiasan mungkin terluka karena pengkhitannya ketidak adilan dan kecurangan. Jiwa mungkin terbakar oleh dendam, kemarahan, kebencian, dan iri hati.
Ketika manusia mati, kedua esensi ini berpisah kembali. Jiwa keluar dari dari badan melanjutkan perjalanannya untuk menuju persatuan dengan Tuhan. Atman kembali ke Brahman dengan menempuh perjalanan panjang. Dalam perjalanan itu jiwa sering mengganti “kendaraan”. Kendaraan yang lama yang sudah usang dan tidak  kuat lari diganti dengan kendaran baru yang lebih kuat agar perjalanan datap diteruskan.
Badan, kendaraan itu, kembali ke asalnya yaitu alam. Hancur bersatu dengan unsur-unsur alam.
Louis Leahy sama sekali tidak menjelaskan apa hakikat tubuh setelah mati? Atau ia sama dengan hakikat jiwa yang tak terluka oleh senjata dan tak terbakar oleh api? Agak mengherankan mengapa Louis Leahy, tidak menjawab pertanyaan ini. Alasan penolakan Louis Leahy yang lain adalah bahwa paham reikarnasi tidak membawa manusia bertemu dengan Tuhan “bukti-bukti” reikarnasi seperti bakat-bakat luar biasa yang dimiliki seseorang anak-anak yang mampu mengingat dan menceritakan kehidupannya terdahulu, oleh Louis Leahy dinaggap hanya sebagai masalah genetika dan psikologi. Penolakan Louis Leahy ini seperti berikut :
1.    Tuhan adalah pusat perjalanan reinkarnasi
Louis Leahy berpendapat bahwa doktrin reinkarnasi telah menempatkan Tuhan di luar usaha manasuia untuk mencapai kebahagiaan sempurna. Argumentasi Louis Leahy tampaknya lebih banyak didasarkan atas ateisme Ernst Bloch darp pada argumentasi Bolch tentang reikarnasi. Bloch adalah seorang agnotic (yang percaya pada kebenaran tapi tidak percaya pada agama) yang kemudian menjadi ateis. Dengan ateismenya Bloch sudah tentu tidak perlu mempertimbangkan keberdaan Tuhan dalam usaha manusia untuk memurnikan moralnya. Tapi bila Louis Leahy mendasarkan pendapatnya di atas semata-mata bertolak dari pandnagan Bloch yang ateis maka Louis Leahy telah bersikap sembrono terhadap miliaran umat Hindu, Buddha, Jain dan orang-orang dari agama lain seperti Kristen dan Islam yang secara individu percaya akan reinkarnasi ini. Sebagimana diketahui tujuan tertinggi yang hendak dicapai oleh manusia menurut ajaran Hindu adalah moksa. Moksa akan dapat dicapai setelah seorang manusia dapat merealisasikanTuhan, mealalui jnana (pengetahuan atau pengalaman langsung tentang Tuhan), bhakti (cinta dan pelayanan kepada Tuhan) dan karma (tindakan tanpa keterikatan kepda hasil, yang membawa kesejahteraan kepada semua, atau lokasamgraha). Pembebasan dari samsara (hidup di dunia yang terus berubah) ini dilakukan oleh manusia melalui usaha sendiri. Dan pemeluk Hindu menyakini kebebsan itu baru dapat dicapai melalui beberapa kali kelahiran. Dr. Elizabeth Kubler-Ross, penyelidik,, yang namanya dsebut oleh Louis Leahy dengan penuh hormat dalam bukunya, menyatakan “secara praktis samasekali tidak mungkin untuk mencapai tujuan hidup kita dalam satu kehidupan”. Dr. Morris Netherton memberikan argumentasi “alam memerlukan waktu puluhan milyar tahun untuk membentuk Grand Canyon. Saya tidak data mempercanyai bahwa mmerlukan waktu tujuh tahun atau delapan puluh tahun untuk membentuk satu jiwa manusia.”
Moksa adalah bersatunya atman dengan Brahaman. Suatu kebahagian sejati yang bersifat spritiual. Kebahagiaan, bukan karena kesenagan tubuh, tapi karena jiwa berada bersama atau bersatu dengan Tuhan, sumber kebahagian, atau sachidananda, kebenaran, kesadaran, kesadaran dan kebahagiaan abadi. Sukha tanpa wali dukha. Kebahagiaan yang bersifat rohani. Jadi jelaslah tujuan akhir yang hendak dituju oleh reikarnasi adalah Tuhan.
2.    Bakat-bakat luar biasa
Para penganut reinkarnasi di Barat memang mencoba melihat “jelek-jelek” reikarnasi pada kemampuan-kemampuan istimewa yang dipunyai oleh seseorang yang sulit dijelaskan melalui pengaruh lingkungan atau keturunan. Misalnya seorang anak telah memiliki bakat luar biasa pada bidang music. Louis Leahy memberikan argumentasi bahwa psikologi modern dan ilmu genetika dapat menerangkan hal-hal tersebut secara lebih rasional. Argumentasinya mungkin benar dalam kasus Mozart. Ayah Mozart adalah seorang pemusikm istana sekalipun tudak begitu menonjol. Tapi bagaimana psikologi modern dan ilmu genetika menejlaskan bakat music dari seorang budak negro yang buta sejak lahir (1849) dan pada usia tiga tahun mampu menyanyi dengan sempurna dan pada usia 4 tahun mampu memainkan piona padahal tidak seorang pun menhajari?
Dan bagaimana psikologi dan ilmun genetika menjelaskan xenoglosy, seseorang yang tiba-tiba mampu berbahasa asing dengan fasih padahal ia tidak pernah mempelajari hal itu sebelumnyta bahkan sejak lahir ia tidak pernah mendengar bahasa asing itu.

3.    Ingatan terhadap hidup sebelumnya
Louis Leahy memnerikan pertimbangan seiru terhadap studi Dr. Raymond Moody mengenai orang-orang yang pernah mengalami peristiwa dekat degan kematian (near death experience) atau orang-orang yang pernah mengalami jiwanya keluar dari badan (out of body experience) sebagai salah satu indikasi tentang kekekalan jiwa. Tapi Louis Leahy sama sekali tidak menyebut-nyebut studi Dr. Lan Stevenson mengenai kasus-kasus reikarnasi di seluruh dunia.
Dalam asrsip Ian Stevenson dsampai tahun 1972 telah terkumpul 1200 laporan tentang kasus yang disuga sebagai buku reinkarnasi yang diperolehnya dari para korespondennya di seluruh dunia. Dari kasus-kasus itu, beberapa yang telah diselidikinya secara teliti telah diterbitkannya dalam empat buku. Buku I memuat 10 kasus yang telah terjadi di India. Buku II memuat 10 kasus di Sri Langka.  Buku III memuat 12 kasus di Lebanon dan Turki. Buku IV memuat 20 kasus yang terdiir dari 7 kasus di suku Indian Tlingit di Alaska Tenggara. Buku-buku tersebut diterbitkan oleh University Press Of Virginia, USA.
Dari kasus-kasus itu kita akan tahu bahwa kemampuan untuk meningat kehidupan masa lalu yang umumnya terjadi secara spontan pada anak-anak uasi 2-6 tidak akan dapat dijelaskan oleh ilmu gentika atao psikologi modern. Sebabb dalam banyak kasus, anak-naka yang mampu mengingat dan mencertitakan hidupnya yang lain tidak lahir dalam keluarga terdahulu, tapi lahir dalam kelurga lain yang tidak memiliki hubungan darah dengan kelurganya dahulu. Atau yang lahir di desa lain dan antara keluarganya sekarang dengan kelurga sebelumnya tidak saling mengenal.
Louis Leahy berupaya menggunakan geentika, biologi dan psikologi odern menyangkal reikarnasi. Namun alat ukur ini tidak dipergunakannya untuk menilai kebangkitan tubuh. Hal ini menunjukkan dua kelemahan sekaligus, yaitu: pertama kelemahan metode analisis Louis Laehy dan kedua, “ketakutan” dogma kebangkitan tubuh menghadapi sorotan akal.
.
4.    “Far age regression”
Louis leahy mengatakan bahwa doktrin reinkarnasi disebarkan di h para pengikut okultosme dan teosofy. Dengan menyebut okultisme secara khusus Louis Leahy hendak memberikan kesan bahwa reinkarnasi disebarkan oelh orang-orang yang dari segi agama maupun ilmu pengetahuan tidak perlu diberikan oleh orang-orang yang perlu diberikan perhatian serius. Di barat, mulai pada tahun 1890, Colonel Albert de Rochas, seorang Perancis memelopori “pembuktian” reinkarnasi dengan metode ilmu pengetahuan. Meniru cara Franz Anton Mesmer, seorang dokter Austria, de Rochas melalui hiptosis membawa subyeknya (orang yang ditelitinya) kepada hidupnya sebelumnya. Keteranagn subyek selama dalam keadaan terhipnotid dicatat dan kemudian dicocokan dengan fakta, data atau peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman yang disebut oleh subyek.
Dr. Raymond Moody, mengakui bahwa dalam keadaan ini banyak orang dapat menceritakan kisah-kisah luar biasa tentang kehidupan sebelumnya di waktu dan ditempat yang jauh. Pada bberapa kasus kisah-kisah ini semacam itu terbukti dengan tepat. Hal ini terjadi bahkan setelah dapat ditentukan bahwa orang-orang bersangkutan dalam keadaan normal tidak mungkin mengetahui peristiwa-peristiwa, orang-orang dan tempat-tempat yang digambarkan dengan begitu tepat.
Teknik ini sekarang dikeanl dengan “far age regression” (mundur ke abad yang jauh). Teknik ini dipergunakan oleh para dokter, psikiater, dan ahli-ahli psikologi klinis, seperti Dr. Joel. L. Whitton, PhD, Dr. Edith Fiore, Dr. Hellen Wambach, Dr. Alexander Cannon Dr. Joe Whitton seorang psikiater keturunan Yahudi telah menerbitkan hasil penelitian yang ditulis bersama Joe Fisher seorang wartawan, dalam bentuk buku yang berjudul “Life Between Life, scientific Explorations into void separating one incarnation from the next”. (Hidup di antara Hidup, penyeilidikan ilmiah ke dalam dia natara Hidup, penyelidikan ilmiah ke dalam kekosongan yang memisahkan satu inkarnasi dari yang berikutnya).
Dr, Alexender Cannon, seorang dokter keturunan Inggris, yang mendapat penghargaan dari Sembilan universitas di Eropa, dalam bukunya “The Power Wuthin” menulis: “ selama bertahun-tahun teori reikarnasi merupakan mimpi buurk bagi saya dan saya berusaha dengan segenap tenaga untuk membuktikan ketidak-benarannya dan bahkan mendebat subyek saya yang sedang “trance” untuk membuktikan bahwa mereka bicara omong kosong. Tapi bersama dengan berjalnnya waktu satu demi satu subyek mengatakan kepada saya cerita yang sama, sekalipun mereka bersala dari berbagai agama dan kenyakinan. Sekarang lebih dari 1000 kasus tekah saya selisiki dan saya harus mengaku bahwa reikarnasi itu memang ada.” (Whitton:96)
Proses ini juga dilalui oleh Dr. Brian L. Weiss, M.D yang menulis pengalamannya dalam buku Many Lives Many Master (telah diterjemahkan dan diterbitan oleh Media Hindu dengan judul “Banyak Kelahiran Banyak Guru”.
Hal penting yang perlu dikemukakan di sini adalah, bahwa semua buku-buku yang merekam pengalaman rohani tersebut di tasa mengungkapkan hal-hal yang berbeda bahkan berlawanan dengan dogma kebangkutan tubuh, hari kiamat dan pengadilan akhir, paling tidak dalam tida hal:
Pertama. Jiwa adalah entitas mandiri (subsistent spirit), yang mencukupi tergantung dirinya sendiri. Jiwa dapat bergerak tanpa tergantung pada badan. Bahkan ketika ia bebas dari badan, jiwa mencapai hakikatnya yang sejatai, ia kembali jadi makhluk rohani, yang bebas bahagia, dan kekal.
Kedua. Tidak ada alam kubur dimana jiwa harus menunggu hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan akhri, bersama badanya yang sudah hancur. Begitu keluar dari badan, jiwa dapat melakukan perjalanan ke tempat dimana jiwa-jiwa setelah meninggalkan badan seharusnya tingal apakah itu disebut sorga, reikarnasi atau lainnya.
Ketiga. Dunia di balik kematian, adalah dunia yang damai dan tenang. Tidak ada malaikat penjaga kubur yang menginterogasi jiwa dengan pertanyaan-pertanyaan keras mengenai agama, nabi dan kitab suci terntu. Tidak ada cattan mengenai jiwa yang pernah mengungkapkan pengalaman di neraka. Dengan kata lain, dogma kebangkitan tubuh dkk, bertentangan dengan rasio dan pengalaman rohani.

5.        Dari pemuka Gereja sampai orang Atheis
Dukungan terhadap reinkarnasi tidak hanya datang dari para dokter, psikiater dan ahli psikologi, filsuf, tapi juga dari rohaniawan Kristen dan penganut atheis.
C.J Ducasse, Ketua Komite Penerbitan Masyarakat Amerika untuk Penelitian Kedoteran, dalam kata pengantar untuk buku Dr. Ian Stevenson “Twenty Cases Sugestive of Reincarnation” mnegatakan: …sifatnya yang sangat masuk akal telah merekomendasikan reikaranasi kepada beberapa pemilik terkemuka Barat yang memberikannya perhatian. Dia nagara mereka yang bersalah dari zaman kuno adalah Pythagoras, Plato, Plotinus, dan Origen; dan yang bersal dari zaman modern ini adalah Hume, Kant, Fichte, Schoupenhauer, Renaouvier, McTaggart, Ward dan Broad.
Origen yang disebut di atas adalah salah satu Baoa Gereja Kristen terebsar yang hanya mungkin disamai oleh St. Agustinus. Rev.W.RAlgert seorang pendeta Gereja Unitarian yang snagat terpelajar, dalam bukunya yang monumental, “A Critical History of the Doctrine of a Future Life”, (Satu sejarah Kristen tentang diktrin kehidupan yang akan datang) yang terbit 1860, mempertimbangkan beberapa konsepdi tentang kehidupan sesudah beberapa konsepsi tentang kehidupan sesudah mati diantaranya “ide bahwa ketika jiwa meningga;kan badan dia lahir baru dalam badam meninggalkan badan dia lahir baru dalam badan yang lain. Tingkatannya, karakter, lingkungan, dan  pengalaman dalam kehidupan berturut-turut tergantung dari kulitas, perbuatan-perbuatan, dan   perolehannya/pencapaian dalam kehidupannya sebelumnya.
Dalam edisi kesepuluh dari bukunya yang terbit pada tahun 1880 ia mengatakan “teori tranmigrasi jiwa secara mengangumkan sangat cocok untuk menjelaskna apa yang tampak sebagai kekacauan dari ketidak seimbangan moral, ketidak adilan dan banyak keburukan yang terjadi dalam dunia kehidupan manusia.
Selain Ernts Bloch, Frank J.Tipler, adalah seorang ilmuwan athies yang percaya pada reikarnasi dan hukum karma. Dalam bukunya “The Phsics of Immortality, Modern Cosmology, God and the Rescuretion of The Dead” (Fisika Keabadian, Kosmologi Modern, Tuhan dan Kebangkitan Orang Mati, 1994) Tipler mengtakan, setelah melakukan penelitian yang mendalam dan sungguh-sungguh tentang fisika quantum, ia sampai pada kenyakinan bahwa pusat enggerak dari segala yang berwujud adalah Tuhan. Ia juga sangat yakin bahwa jiwa ini merupakan “serentetan dari perjalanan” rohani di mana segala perbuatan baik atau buurk itu akhirnya tetap kembali kepada pelakunya dengan akibat baik atau buruk (hukum karma). Melalui kenyakinan tentang reikarnasi dan hukum karma Tipler berubah daris eorang athies menjadi seorang yang percaya pada Tuhan. Nietzche, sang filsuf pembunuh Tuhan juga mengatakan bahwa segala sesuatu akan kembali lagi sebagaiman adanya.


2.4 Reinkarnasi atau Punarbhawa Dalam Tradisi Lain


Berikut disampaikan informasi tentang reinkarnasi didalam Agama Yahudi, Islam dan juga di Barat, yang secara tradisional menganut keyakinan tentang  kebangkitan an kekekalan tubuh. Pendapat ini merupakan minoritas di lingkungan agamanya secara formal, namun secara individu, khususnya di Barat semakin banyak orang yang percaya kepada reinkarnasi.
a.       Reinkarnasi dalam judaisme
Ketika melakukan pejalanan keliling untuk ceramah spiritual Rabbi Yonassan Gershom telah banyak bertemu dengan banyak orang yang beragama Hindu yang terkejut mengetahui bahwa orang-orang Yahudi memiliki ajaran tentang reinkarnasi. Ini karena orang-orang Hindu sering mendengar tentang orang-orang Yahudidan Yahudaisme hanya melalui misionaris Kristen, yang mengacu pada “tradisi Yahudi-Kristen” seolah-olah itu adalah Agama tunggal. Meskipun Kristen muncul dari akar Yahudi, teolog Kristen telah lama menolak atau menafsirkan kembali sepenuhnya banyak ajaran Yahudi.
Kata Ibrani untuk reinkarnas, gilgul, berasal dari kata kerja yang berarti “berputar dala lingkaran”, seperti samsara, roda kematian dan kelahiran kembali yang dijelaskan dalam kitab suci Hindu. Ajaran Yahudi tentang gilgul tidak dijelaskan dalam Alkitab, tetapi dapat ditemukan dalam kumpulan tulisan mistik yang disebut dengan Kabbalah, yang berarti, dalam bahasa Ibrani, “apa yang telah diterima”.
Tidak semua orang Yahudi percaya kabbalah. Seperti Hindu, Yahudi memiliki aliran filsafat yang berbeda, yang tidak selalu setuju satu dengan yang lain. Saat ini ada empat ide utama tentang akhirat yang diajarkan antara orang-orang Yahudi yaitu kelangsungan hidup, kebangkitan, surga dan neraka, dan reinkaranasi. Di antara, sekte Yahudi yang lebih kebarat-baratan rasionalistik, reinkarnasi jarang disebutkan, namun disisi lain banyak orang yahudi ortodoks tradisional dan semua orang yahudi Hasid masih percaya tentang adanya reinkarnasi.
Intinya adalah bahwa Judaisme tidak dogmatis tentang keyakinan akhirat karena hal ini tidak dapat dibuktikan dengan jelas. Jadi ada banyak kebebasan individu tentang apa yang bisa percaya, semetara masih tetap setia pada teologi keyahudiaan. Ironisnya, kelompok yang lebih modern seperti reformasi dan rekontruksionisme yang paling skeptis tentang akhirat. Di sisi lain, banyak orang-orang Yahudi Ortodoks dan Hasid yang tidak memiliki maalah dengan kepercayaan reinkarnasi.
b.      Reinkarnasi dalam Islam
Kepercayaan Hindu mengenai reinkarnasi sudah sangat dikenal. Tetapi tidak diketahui bahwa Alquran menyebut sebagai kafir (menyimpang) siapa pun yang tidak percaya pada kemungkinan kelahiran kembali. Mugkin tidak banyak di India telah membaca sajak-sajak mistikus besar, Jalal ud-Deen Rumi, menggambarakan proses evolusi melalui reinkarnasi- dari mineral dan tanaman ke hewan dan manusia dan kemudian malaikat dan seterusnya. Quran sendiri tampaknya sudah jelas “mengapa kamu ingkar pada Allah padahal dulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.
Satu subjekseperti reinkarnasi memerlukan satu sikap mental yang halus. Ia mengandung pemahaman tentang tingkat yang lebih tinggi dari kesadaran, hokum sebab akibat, dan bekerja hokum evolusi. Monarki tidak percaya dengan subjek semacam ini. Seperti banyak ajaran-ajaran tinggi lainnya, reinkarnasi terbatas menjadi subjek studi dan perhatian para sufi. Sufi atau ahli tasawuf menduduki tempat yang unik, untuk tidak menyatakan kontroversi dalam masyarakat Islam. Disatu pihak mereka dianggap berjasa memberi aspek spiritual bagi agama yang sering terkesan legalistik formal. Disatu pihak mereka dianggap bid’ah atau kafir oleh oleh orang Islam yang mengutamakan hokum atau fiqih. Tak jarang ajaran mereka dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan kitab suci, misalnya pandangan mereka tentang sifat Tuhan yang meliputi ciptaan, wihdatul wujud atau wyapaka dalam agama Hindu sebagai lawan dari paham ketuhanan agama rumpun Yahudi yang menganggap Tuhab itu memiliki bentuk dan sifat seperti manusia dan bersemayam jauh dilangit ke tujuh.
c.       Kepercayaan Reinkarnasi di Barat
Kepercayaan akan reikarnasi dan hukum karma diperkenalkan di dunia barat oleh Madame Helena P. Blavatsky melalui ajaran theosophy pada akhir abad 19. Banyak sekali orang Amerika yang percaya akan reinkarnasi. Dari Jenderal George S. Patton, pahlawan perang dunia II, sampai bintang film Shirley MacLaine.Pada tahun 80-an pengungkapan keyakinan bintang film ini telah membuat ribuan orang mulai berbicara tentang keyakinan ini dan mempertimbangkan sebagai suatu kebenaran. Berikut adalah pandangan beberapa intelektual barat tentang reinkarnasi:
ü  Menurut Dr. Ian Stevenson, belum ada study empiris yang memberikan cukup bukti yang mendukung bahwa reikarnasi merupakan sebab dari bakat yang hebat yang terdapat pada anak-anak. Pada umumnya orang percaya bahwa faktor keturunan dsn lingkungan yang menyebabkan adanya bakat-bakat hebat pada anak-anak tertentu. Tetapi Stevenson tidak mengesampingkan reinkarnasi juga merupakan suatu kemungkinan, sambil menunjukan banyak contoh dari orang-orang yang memiliki kemapuan atau bakat luar biasa yang tidak dapat ditemukn asal usulnya pada keturunan atau lingkungannya. Salah satu kemampuan yang dikaitkan dengan kehidpan masa lalu adalah xenoglossy, atau kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya dan itu merupakan buki yang sangat kuat tentang reinkarnasi.
ü  Ralph Waldo Emerson Filsuf amerika mengatakan bahwa kegeniusan itu merupakan hasil dari reinkarnasi.
ü  F. Dahler mengakui bahwa akhirnya manusia dalam rentetan evolusi memang berasal dari Tuhan, tetapi tidak secara langsung. Ia berasal dari tuhan dengan mengalami proses penjelmaan selama jutaan tahun melalui tumbuhan dan binatang.

2.5 Cara Agar Atma atau Roh Dapat Terhindar dari Rantai Kelahiran Kembali (Reinkarnasi-Punarbhawa)

Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir kembali (punarbhawa) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnys yang sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan sapta timira, akan membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan penyebab Punarbhava itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan itu sendiri dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah yang benar.
Memang kita sulit membebas diri dari hukum punarbhava kecuali kita bisa melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan orang-orang suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang bisa melakukan, karena masih banyak terikat oleh keduniawian. Adapun tangga yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava, yaitu :

1.      Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada kebajikan dan kesucian, dimana kewajiban dan kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual).

2.      Pendekatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu melalui Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.

3.      Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Hyang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan. Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Sang Hyang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi. Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).

Selain melakukan ketiga hal terebut membebaskan diri dengan punarbhawa  juga bisa dengan menjalankan ajaran catur marga, yaitu :

1.      Bhakti marga yoga
Adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya. Kata bhakti berarti hormat, taat, sujud, menyembah, mempersembahkan, cinta kasih penyerahan diri seutuhnya pada Sang pencipta. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Cinta bhaktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia binatang juga tumbuh-tumbuhan. Dalam doanya selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat anugrah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk. Sikap yang paling sederhana dalam kehidupan beragama adalah cinta kasih dan pengabdian yang tulus. Tuhan dipandang sebagai yang paling disayangi, sebagai ibu, bapak, teman, saudara, sebagai orangtua, sebagai tamu, dan sebagai seorang anak.   
2.      Karma marga yoga
Adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan karma atau perbuatan yang baik tanpa pamrih.  Manfaat karma marga yaitu kehidupan di dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja sehingga kehidupan ini selalu dituntut untuk bekerja. Tidak seorangpun yang hidup di dunia ini terlepas dari kerja. Dengan bekerja orang dapat mencapai kebebasan (tujuan hidup yang tertinggi), asal pekerjaan itu dilakukan dengan tindakan mengikat diri pada hasilnya.
3.      Jnana marga yoga
Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata Yuj artinya menghubungkan diri. Jadi jnana yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari dan mengamalkan ilmu pengetahuan baik science maupun spiritual, seperti hakekat kebenaran tentang Brahman, Atman. Dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan yang sejati akan mampu membebaskan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Ada tiga hal yang penting dalam hal ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh tentram damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan dhyana yoga.
4.      Raja marga yoga
Raja yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya ke arah tersebut. Adapun tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja yogin yaitu melakukan tapa, brata, yoga, Samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kea rah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.

Seorang raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui astangga yoga yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai kebebasan dari kelahiran kembali. Astangga yoga diajarkan oleh Maharsi Patanjalai dalam bukunya yang disebut yoga sutra patanjali. Adapun bagian-bagian dari astangga yoga adalah sebagai berikut :
1.      Yama yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani yaitu :
ü  Dilarang membunuh (ahimsa)
ü  Dilarang berbohong (satya)
ü  Pantang menginginkan sesuatu yang bukan miliknya (asteya)
ü  Pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari)
ü  Tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha)
2.      Nyama yaitu pengendalian diri yang bersifat rohani yaitu :
ü  Sauca (tetap suci lahir bhatin)
ü  Santosa (selalu puas dengan apa yang datang)
ü  Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan)
ü  Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan)
ü  Tapa (tahan uji)
3.      Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin
4.      Pranayama yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu :
ü Puraka (menarik nafas)
ü Kumbhaka (menahan nafas)
ü Recaka (mengeluarkan nafas)
5.      Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
6.      Dharana yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7.      Dhyna yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyna dapat dilakukan terhadap Ista Dewata.
8.      Samadhi yaitu penyatuan atman

Vaswani dalam Anand Krishna (2004:125) juga menguraikan bahwa kita dapat membebaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian. Ada dua jalur utama atau dua jalan raya dalam kenyataan di dunia yang harus dipilih. Pertama, menuju kelahiran kembali, yang kedua menuju kebebasan mutlak. Jalur pertama didasari oleh keterikatan, karena keterikatan kita lahir kembali dan yang menyebabkan adanya keterikatan adalah keinginan. Keinginan adalah belenggu yang merantai kita, mengikat kita dengan siklus kelahiran dan kematian. Apapun yang kita lakukan, di baliknya selalu ada “keinginan” untuk memperoleh sesuatu, untuk mendapatkan imbalan. Hampir tak seorang pun berkarya tanpa pamrih. Anand Krishna dalam Vaswani (2004:125-126) menambahkan bahwa ; selama hal itu terjadi, janganlah berharap kebebasan mutlak. Selama ini, doa kita pun tidak luput dari permintaan dan keinginan. Keinginan untuk kebebasan pun tetap keinginan, karena itu, keinginan untuk kebebasan pun hendaknya terlepaskan. Berkarya, berbagi dan melayani tanpa pamrih, itulah “kunci kebebasan”. Namun saat melakukan semua itu pun janganlah memikirkan “kunci” dan “kebebasan”, sebab pikiran semacam itu pun dapat menciptakan belenggu. Uraian Sri Bhagavan Sathya Sai Baba, Vaswani, maupun Anand Krishnya, menyatakan bahwa moksha atau kebebasan mutlak hanya akan tercapai apabila  manusia melatih diri untuk terbebas dari ikatan apapun juga.



.

2.6 Kisah Reinkarnasi atau Punarbhawa di Negara Lain


Kisah reinkarnasi dari Negara India yaitu tentang “Santi Dewi Mengenali Suaminya”
     Dan cerita tentang Santi Devi yang sangat menakjubkan. Sebagai seorang gadis berumur 3 tahun, tinggal di Delhi, di mana ia lahir pada tahun 1926, dia secara menyakinkan menjelaskan secara mendetail kejadian dari hidupnya dahulu di Mathura, yang 80 mil jauhnya dari Delhi. Jadi untuk hidupnya dahulu ia lahir pada tahun 1902 . nama suaminya (dalam hidup yang lalu) adalah Kedar Nath Chaubey. Ia meninggal sepuluh hari setelah ia melahirkan seorang anak lelaki. Ketika Santi Devi berumur 9 tahun, kenyakinannya demikian rupa sehingga orang tuanya menggap bahwa suami yang dimaksudkan anaknya itu Kedar Nath, sesungguhnya ada dan tinggal di Mathura.
     Setelah berkirim-kiriman surat, Kedar Nath dating ke Delhi tanpa dineritahukan kepada siapapun juga. Ketika dipertemukan, Santi menjawab pertanyaan-pertnayaan yang snagat pribadi sifatnya. Santi pergi ke dapur dan berkata kepada ibunya: “Masaka makanan untuk suami saya”` dia menyuruh ibunya memasak bhare suatu hidangan dari kentang, kasphipal sag, hidangan dari daun labu, dan parata masakan dari gandum. Ketika Kedar Nath melihat masakan itu, ia sangat heran, sebab hidangan itu adalah makanan yang sangat ia gemari. Ketika Kedar makan, Santi menanyainya: “Kenapa kamu kawin lagi? Bukankah kita sudah bersepakat bahwa kamu tidak akan menikah lagi?”
     Kemudian dibentuk sebuah panitia, terdiri dari tiga orang terkuma di Delhi, diketuai oleh seorang penerbit surat kabar, sahabat Gandhi, seorang pengacara dan seorang pengusaha. Panitia ini membawa Santi ke Mathura dan mengawasi tingkah lakunya. Kemudia mereka bersumpah tentang apa yang mereka lihat. Di stasuin kereta api, Santi dicoba untuk dikelabuhi, tapi ia dapat mengenali di tengah-tengah orang banyak, saudara dari suaminya. “Jeth”, ia menyebut dengan benar nama dari saudara tua suaminya. Dinaikkan ke sebuah kereta, ia memerintahkan kusir untuk pergi ke rumahnya dulu, yang segera ia kenali sekalipun rumah itu telah dicat dengan warna yang berbeda. Dia mengenali dan memanggil nama “bekas mertuanya” yang berdiri di dekatnya. Dia melihat dan mengenali anaknya dari kehidupan dahulu. Ketika ditanya bagaimana ia bias melakukan semua itu, ia menjawab, “Itu hidupku. Hidupku mengenali hidupku”. Ia menceritakan dengan tepat jumlah dan lokasi kamar-kamar serta kamar kecil di dalam rumah dan juga tempat sumur. Tiba-tiba ia membuat pengumuman yang dramatis. Di salah satu sudut kamar, katanya ia telah memendam sejumlah uang. Tetapi ketika pencaian dilakuakn, tidak ditemukan apa-apa. “Gali lebih dalam” ia memerintahkan. Tapi uang itu tidak juga ditemukan. Lalu ia berbalik menghadap suaminya. “Di mana uang itu?” Santi mendakwa. Dengan agak malu-malu Kedar Nath mengakui bahwa setelah kematiannya ia memeindahkan uang itu.
     Pada tahun 1961 Stevenson mewawancarai Santi Devi, ayahnya san saksi-saksi lain yang tepat, termasuk Kedar Nath, orang yang diakuinya suami pada kehidupannya yang lalu. Penelitian Steveson menunjukkan bahwa Santi Devi membuat paling sedikit 24 pertanyaan dari kehidupan di masa lalu yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan fakta-fakta.








BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

1.      Reinkarnasi menurut agama Hindu adalah ajaran dasar pada kedua agama Timur ini. Di Hindu sendiri poin reinkarnasi masuk kedalam 5 dasar keyakinan mendasar, Ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu antara lain adalah sebagai berikut:
Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
Sedangkan menurut orang barat Reikarnasi adalah satu-satunya penjelasan untuk mempertahankan keadilan ilahi terhadap manusia dengan memberinya harapan akan perbaikkan nasibnya dalam kehidupan-kehidupan kini maupun di masa depan. Pesan inilah yang menyebabkan doktrin reikarnasi mendapat sambutan yang actual dari banyak orang, termasuk orang-orang Kristen dan Islam.
2.      Penyebab reikarnasi itu terjadi adalah untuk  membanyar segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya di neraka, maka seorang pendosa dilahirkan kembali untuk menerima sisa-sisa perbuatan masa lampaunya. Misalnya saja, dimana pembunuh seorang Brahman pertama-tama akan dilahirkan menjadi seekor anjing, kemudian secara bertahap menjadi unta, keledai, kodok, dan burung pemangsa.
3.      Apakah reikarnasi merupakan jawaban rasional setelah kematian, kita bisa lihat dari beberapa penjelasan ini, mungkin bisa dijawab  iya atau tidak.
Pertama. Jiwa adalah entitas mandiri (subsistent spirit), yang mencukupi tergantung dirinya sendiri. Jiwa dapat bergerak tanpa tergantung pada badan. Bahkan ketika ia bebas dari badan, jiwa mencapai hakikatnya yang sejatai, ia kembali jadi makhluk rohani, yang bebas bahagia, dan kekal.
Kedua. Tidak ada alam kubur dimana jiwa harus menunggu hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan akhri, bersama badanya yang sudah hancur. Begitu keluar dari badan, jiwa dapat melakukan perjalanan ke tempat dimana jiwa-jiwa setelah meninggalkan badan seharusnya tingal apakah itu disebut sorga, reikarnasi atau lainnya.
Ketiga. Dunia di balik kematian, adalah dunia yang damai dan tenang. Tidak ada malaikat penjaga kubur yang menginterogasi jiwa dengan pertanyaan-pertanyaan keras mengenai agama, nabi dan kitab suci terntu. Tidak ada cattan mengenai jiwa yang pernah mengungkapkan pengalaman di neraka.
4.      Reikarnasi dalam tradisi lain yaitu seperti Kepercayaan Hindu mengenai reinkarnasi sudah sangat dikenal. Tetapi tidak diketahui bahwa Alquran menyebut sebagai kafir (menyimpang) siapa pun yang tidak percaya pada kemungkinan kelahiran kembali. Mugkin tidak banyak di India telah membaca sajak-sajak mistikus besar, Jalal ud-Deen Rumi, menggambarakan proses evolusi melalui reinkarnasi- dari mineral dan tanaman ke hewan dan manusia dan kemudian malaikat dan seterusnya. Quran sendiri tampaknya sudah jelas “mengapa kamu ingkar pada Allah padahal dulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.
5.      Adapun tangga yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava atau reikarnasi, yaitu :
a.     Dharma.
b.    Pendekatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa
c.     Kesucian.
Selain melakukan ketiga hal terebut membebaskan diri dengan punarbhawa  juga bisa dengan menjalankan ajaran catur marga, yaitu :
a.    Bhakti marga yoga
b.    Karma marga yoga
c.    Jnana marga yoga
d.   Raja marga yoga
Vaswani dalam Anand Krishna (2004:125) juga menguraikan bahwa kita dapat membebaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian. Ada dua jalur utama atau dua jalan raya dalam kenyataan di dunia yang harus dipilih. Pertama, menuju kelahiran kembali, yang kedua menuju kebebasan mutlak. Jalur pertama didasari oleh keterikatan, karena keterikatan kita lahir kembali dan yang menyebabkan adanya keterikatan adalah keinginan.
6.      Kisah reikarnasi dari Negara India yaitu tentang “Santi Dewi Mengenali Suaminya” dimana Santi di ummur yang 3 tahun sudah dapat bicara dengan baik dan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal yaitu dimana Santi  bisa mengenali suaminya yang kelahirannya terdalu yang dia ingat, makanan apa yang suaminya suka, dan juga dapat mengenali saudara dari suaminya di tengah keramaian, hapal jalan menuju ke rumah suaminya, dan juga dapat mengenali ibu mertuanya.



           

 


DAFTAR PUSTAKA


CUDAMI,1991.Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Hanuman Sakti.
Madrasuta, Ngakan Made, 2013.Mengungkap Misteri Kematian, Bekasi: Media Hindu
A.S Kobalen M.Fil.Hin.,MBA.MBSM,PGDMM,PGDEM dkk, 2010. Proses Kremasi & Esensi Perjalanan Atma Menuju Moksha, Surabaya: Paramita
Prabhupada, Sri-Srimad A.C Bhaktivdanta Swami, 2006. Bhagavad-gita Menurut Aslinya, Indonesia: Hanuman Sakti di bawah lisensi
Debroy Bibek dkk, 2001. Garuda Purana, Surabaya: Paramita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian Wiraswasta dan Wirausaha

A.     PENGERTIAN WIRASWASTA 1.       Menurut Sumahawijaya [1980]: wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, dan sem...