BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
“Kenapa
aku dilahirkan?” pertanyaan seperti itu tentu sering kita dengar dan ilmu
pengetahuan tentang rohani memberi kita jawaban atas pertanyaan tersebut. Di dalam tubuh manusia, sel-sel yang
jumlahnya bermilyard-miliyard berulang kali berinkarnasi atau punarbhawa.
Setiap hari entah berapa juta sel dari tubuh manusia mengalami kematian dan
muncul sel yang baru sebagai penggantinya, jika hal ini ditinjau secara mikro
dari susut sel itu sendiri, maka berarti itu mengalami inkarnasi . jasad dengan
jiwa, dapat diumpamakan seperti lilin dengan api. Dimana tubuh seumpama lilin
dan jiwa seumpama api yang manyala. Kita melihat lilin itu menyala, tetapi
sebenarnya api itu berulang kali hidup dan berulang kali mati. Nyala api itu
sebenarnya terjadi dari paduan hidup dan mati, api yang menyala karena minyaknya
lilin, mengalami kematian setelah bagian lilin itu habis terbakar, tetapi
apinya turun berinkarnasi, hidup kembali dengan mengambil bagian lilin
dibawahnya, sehingga kelihatan lilin itu hidup terus, padahal kenyataanya telah
berulang kali mengalami kematian. Api akan terus menyala selama lilin masih
ada.
Demikian pula hanya
atma akan terus berinkarnasi selama terikat pada jasad. Roh-roh suci dan
roh-roh berdosa akan menikmati karma mereka di alam baka sampai habis, dan
setelah itu, tinggallah bekas-bekas keterikatannya yang menariknya kembali ke
dunia. Setelah lahir di dunia, dia akan memesan badan sesuai dengan karma wasanaya
dulu. Wasana atau bau bekas itu, masih dibawa seperti halnya botol minyak wangi
walapun minyaknya sudah habis tetapi bau minyaknya masih tetap. Demikianlah
atma yang dibungkus oleh bau bekasnya yang lampau lahir berikarnasi ke dunia.
Melalui baunya ini, kita dapat tahu jenis minyak yang mengisi botol itu
sebelumnya. Orang sering bertanya, kalau betul manusia itu pernah lahir,
mengapa dia tidak ingat dengan kelahirannya yang lampau? Masalah ingat dan
tidak ingat barangkali tidak boleh kita pakai pegangan bahwa orang itu tidak
pernah lahir sebelumnya, sebab jangnakan kelahiran yang terdahulu, dimana otak
dan jasadnya sudah hancur berkeping-keping menjadi debu, sedangkan apa yang
kita buat seminggu yang lalu, sudah sebagian besar perbuatan kita itu dilupakan.
Belum lagi kalau kita tanyankan
pada waktu kita kecil, siapa masih ingat bagaimana kita menetek pada susu ibu,
mengapa kita tidak ingat, kita sering berak di tempat tdiur. Oleh sebab itu
ketidak ingatan kita itu, tidak boleh kita samakan dengan tidak pernah lahir
pada kehidupan yang lampau. Seorang jiwan mukti yang tidak terikat lagi dengan
benda-benda duniawi, ingatannya pun bersih, orang yang sedemikianlah yang bisa
ingat seluruh apa yang pernah dialamiinya, dari sejak perkembangan jadi makhluk
di dunia. Sang Budha pernah mengatakan dan menceritakan kelahiran beliau yang
berulang kali, bahkan beliau mengatakan bahwa sebelum kelahiran sebagai
manusia, beliau pernah lahir menjadi gajah. Beliau ingat karena beliau jiwan
mukti. Sebelum mencapai tingkatan jiwan mukti, manusia tidak pernah ingat apa
yang pernah dikerjakannya seluruhnya. Lalu apa yang menyebabkan reinkarnasi itu
terjadi? Apa itu sebenarnya reinkarnasi atau purnabhava itu?. Disini kami akan
membahas dan mempelajari lebih dalam lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
purnarbhawa atau reinkarnasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Reikarnasi atau punarbhawa?
2.
Apa yang menyebabkan reikarnasi atau
punarbhawa itu tejadi?
3.
Apakah Reikarnasi itu merupakan jawaban
yang rasional setelah adanya suatu kematian?
4.
Bagaimana Reinkarnasi atau Punarbwa
dalam tradisi lain?
5.
Bagaimana caranya agar atma atau roh
dapat terhindar dari rantai kelahiran kembali (reinkarnasi/punarbhawa)?
6.
Apakah ada kasus atau contoh bukti nyata
terjadinya Reinkarnasi atau Punarbhawa dalam suatu Negara di dunia?
1.3 Tujuan
1.
Untuk dapat mengetahui apa itu reinkarnasi
atau punarbhawa
2.
Untuk mengetahui apa yang menyebabkan
reinkarnasi atau punarbhawa itu terjadi
3.
Untuk mengetahui apakah reinkarnasi itu
jawaban rasional setelah adanya kematian.
4.
Untuk mengetahun reinkarnasi atau
punarbhawa dalam tradisi lain
5.
Untuk mengetahui bagaimana caranya agar
atma atau roh itu dapat terlepas dari rantai kelahiran kembali (reinkarnasi/punarbhawa).
6.
Untuk mengetahui contoh kasus atau bukti
nyata terjadinya reinkarnasi dalam Negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reinkarnasi atau Punarbhawa
Hindu menyatakan bahwa
kematian sudah ditentukan bagi semua makhluk hidup. Ini adalah Hukum Universal
dan tak seorangpun dapat sembunyi. Meskipun tak terhindarkan, kematian banyak
disalahpahami dan ditakuti. Di Agama Hindu mengajarkan bahwa kematian adalah
identik dengan seseorang menggantikan pakaian lama yang sudah using dengan pakaian
baru. Mengganti pakaian atau memebuang pakaian lama sama hakikatnya dengan
kematian dan mengambil pakian baru sama hakikatnya dengan kelahiran. Proses
lahir-hidup-mati, lahir-hidup-mati, berulang dan berhenti ketika atma mencapai
moksa. Sebagian orang mengenal istilah proses tersebut dengan Reinkarnasi atau
Punarbhawa.
A. Reinkarnasi
atau Punarbhawa menurut kitab suci Agama Hindu :
Agama
Hindu sudah jelas-jelas meyakini reinkarnasi, reinkarnasi adalah ajaran dasar
pada kedua agama Timur ini. Di Hindu sendiri poin reinkarnasi masuk kedalam 5
dasar keyakinan mendasar, Ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu
antara lain adalah sebagai berikut:
- Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
- Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
- Beberapa jiwa memasuki kandungan untuk
ditubuhkan; yang lain memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan perbuatan dan
pikiran mereka.-[Katha Upanisad 2.2.7]
- Mahluk-mahluk di dunia yang terikat
ini adalah bagian percikan yang kekal (Brahman) dari Ku, mereka berjuang keras
melawan 6 indria termasuk pikiran.-[Bhagavad Gita 15.7]
- Setelah memakai badan ini dari masa
kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah ke badan lain, ia yang
budiman tidak akan tergoyahkan-[Bhagawad Gita 2.13]
- Ibarat orang meninggalkan pakaian lama
dan menggantinya dengan yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan
memasuki jasmani baru.-[Bhagawad Gita 2.22]
- Reinkarnasi atau Punarbhawa merupakan
sama seperti rumah masuk ke rumah baru setelah yang lama dibakar dan hancur,
jiwa masuk ke tubuh baru dengan semua benda dan lima organ rasa.[Garuda Purana
II.32.33]
Dalam
filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil
perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu, pada saat manusia hidup, mereka
banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal, jika
manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka
diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.
B. Reinkarnasi
atau Punarbhawa menurut Orang Barat :
F.Dahler seorang
ilmuwan dan pastor Katolik berpendapat
bahwa Reinkarnasi itu manusia dalam rentetan
evolusi memang berasal dari Tuhan, tetapi tidak secara langsung. Ia
berasal dari Tuhan dengan mengalami proses penjelmaan selama jutaan tahun
melalui tumbuhan dan binatang.
Rosemary Ellen Guiley,
dalam bukunya “Tales of Reicarnation”
mengatakan bahwa reinkarnasi merupakan mengambil bentuk dalam peningkatan
keahlian bakat dan kecendrungan kepada suatu profesi.
Menurut Dr. Ian
Stevenson, Reinkarnasi merupakan sebab dari bakat yang hebat yang terdapat pada
anak-anak. Pada umumnya orang percaya bahwa factor keturunan dan lingkungan
yang menyebabkan adanya bakat-bakat hebat pada anak-anak tertentu.
Ralph Waldo Emerson,
Filsuf Amerika mengatakan bahwa kejeniusan itu merupakan hasil dari reinkarnasi.
Reinkarnasi, salah satu
kenyakinan pokok agama Hindu, sering menerima kritik. Berbeda dengan pasangannya
hukum karma, yang lebih bisa dan mudah diterima orang banyak. Tetapi tenpa reinkarnasi
hukum karma sebenarnya juga akan kehilangan rasionalitas dan daya tariknya.
Salah seorang pengkritik serius dari reinkarnasi di Indonesia adalah
Prof.Dr.Louis Leahy S.J, seorang guru besar filsafat dan rohaniwan Katolik.
Dalam bukunya “Mistery Kematian, Suatu Pendekatan Filosofis”, PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1996, Louis Leahy, mencoba membela kenyakinan tentang adanya
kehidupan sesudah mati, dengan argumentasi filsafat yang kaya. Pembelaan Louis
Leahy untuk kepercanyaan mengenai hidup kekal, lebih ditunjukkan kepada
orang-orang yang tidak percaya akan adanya kehidupan sesudah mati. Orang-orang
yang menganut fama materialis ini tampaknya lebih banyak ditemukan di dunia
barat. Namun bagi pembaca di Indonesia buku yang ditulis Louis Leahy ini memberikan
dukungan tambahan bagi kenyakinan bahwa dengan kematian mansuia tidak lenyap
begitu saja. Menurut Louis Leahy ia manyatakan bahwa Reinkarnasi itu hanyalah
“pemecahan semu” terhadap masalah kekelan hidup. Jawaban sejati terhadap hal
ini adalah kenyakinan tentang “kebangkitan tubuh”.
Penjelasan Louis Leahy di
dalam bukunya ini dapat diringkas dalam pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
Pertama. Reinkarnasi
adalah salah satu jawaban atas pertanyaan apakah ada hidup setelah mati.
Kedua. Reinkarnasi
mampu menjelaskan secara rasional perbedaan-perbedaan dan ketimpangan “nasib”
manusia di dunia ini, dan mendorong manusi kearah pemurnian moral.
Ketiga. Reinkarnasi adalah
satu-satunya penjelasan untuk mempertahankan keadilan ilahi terhadap manusia
dengan memberinya harapan akan perbaikkan nasibnya dalam kehidupan-kehidupan
kini maupun di masa depan. Pesan inilah yang menyebabkan doktrin reikarnasi
mendapat sambutan yang actual dari banyak orang, termasuk orang-orang Kristen
dan Islam.
2.2 Penyebab Reinkarnasi atau Punarbhawa itu terjadi
Setelah membanyar
segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya di neraka, maka seorang pendosa
dilahirkan kembali untuk menerima sisa-sisa perbuatan masa lampaunya. Misalnya
saja, dimana pembunuh seorang Brahman pertama-tama akan dilahirkan menjadi
seekor anjing, kemudian secara bertahap menjadi unta, keledai, kodok, dan
burung pemangsa. Pencuri emas akan lahir menjadi cacing atau sebagai seekor
insekta. Pembunuh seorang Brahman juga bis alahir sebagai penderita tuberkolosis
tak beraturan. Orang yang senang mencuri makanan akan mengalami kelaparan pada
kehidupan selanjutnya. Seorang pembohng akan menjadi orang bisu pada kehidupan
selanjutnya. Orang yang mencuri minyak akan lahir menjadi kecoa dan pencuri
sayuran hijau akan lahir menjadi burung merak.
Jika seseorang mencuri
wewangian, maka dalam kehidupan selanjutnya ak akan menjadi rayap. Dan orang
yang sennag mencuri bahan makanan akan lahir menjadi tikus.
Pencuri buah-buahan
akan lahir menjadi kera, pencuri binatang akan menjadi kambing, pencuri susu
akan menjadi burung gagak. Pencuri daging akan alhir menjadi seekor burung
pemngsa dan pencuri garam hanya akan mendapatkan pakian yang compang-camping
dalam kehirpan selnajutnya. Masing-masing akan menrima sesuai dengan apa yang
menjadi haknya.
Kelahiran kembali pada sang jiwa
atau roh ini diakibatkan atas dosa-dosa yang telah ia lakukan. Untuk membanyar
dosa-dosa tersebut maka sang atma atau roh tersebut harus turun atau lahir
kembali menjadi sesuai dengan karma yang telah ia lakukan terdahulu baik sesuai
dengan karma yang baik yang ia lakukan atau karma buruk yang telah ia perbuat
semasa kehidupan terdahulu.
2.3 Reinkarnasi atau Punarbhawa : Jawaban Rasional setelah kematian
Seperti telah
disebutkan di awal bahwa dari tulisannya Louis Leahy tampak memberikan
pengharagaan yang tinggi kepada reinkarnasi. Secara rasional tempaknya Louis
Leahy ini dapat menerima reinkarnsai sebagai pemecahan bagi hidup kekal, tapi secara
imam hal ini bertentangan dengan dogma agamanya kenyakinan umatnya. Penerima
doktrin reikarnasi yang semakin meluas di barat mendorong dia untuk memberikan
reaksi yang tidak semestinya. Alasan-alasan yang dikembangkannya untuk menolak
reinkarnasi adalah bahwa kenyakinan ini mendukung paham “dualisme” badan dan
jiwa. Alasan ini sudah dibahas dan dibantah
yang intinya adalah sebagai berikut. Jiwa dan badan memang memiliki
esensniya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Badan adalah esensi materi
atau benda. Badan bersal dari unsure-unsur alam (panca mahabuta). Jiwa adalah
esensi spiritual. Jiwa berasal dari Tuhan (Atman berasal dari dan memiliki
hakikatyang sama dengan Brahman). Dalam manusia yang hidup kedua esensi ini
membentuk satu kesatuan pribadi. Sekalipun demikan kedunya tetap memiliki
hakikatnya sendiri. Badan bisa terluka oleh senjata dan terbakar oleh api. Jiwa
dalam arti kiasan mungkin terluka karena pengkhitannya ketidak adilan dan
kecurangan. Jiwa mungkin terbakar oleh dendam, kemarahan, kebencian, dan iri
hati.
Ketika manusia mati,
kedua esensi ini berpisah kembali. Jiwa keluar dari dari badan melanjutkan
perjalanannya untuk menuju persatuan dengan Tuhan. Atman kembali ke Brahman
dengan menempuh perjalanan panjang. Dalam perjalanan itu jiwa sering mengganti
“kendaraan”. Kendaraan yang lama yang sudah usang dan tidak kuat lari diganti dengan kendaran baru yang
lebih kuat agar perjalanan datap diteruskan.
Badan, kendaraan itu,
kembali ke asalnya yaitu alam. Hancur bersatu dengan unsur-unsur alam.
Louis Leahy sama sekali
tidak menjelaskan apa hakikat tubuh setelah mati? Atau ia sama dengan hakikat
jiwa yang tak terluka oleh senjata dan tak terbakar oleh api? Agak mengherankan
mengapa Louis Leahy, tidak menjawab pertanyaan ini. Alasan penolakan Louis
Leahy yang lain adalah bahwa paham reikarnasi tidak membawa manusia bertemu
dengan Tuhan “bukti-bukti” reikarnasi seperti bakat-bakat luar biasa yang
dimiliki seseorang anak-anak yang mampu mengingat dan menceritakan kehidupannya
terdahulu, oleh Louis Leahy dinaggap hanya sebagai masalah genetika dan
psikologi. Penolakan Louis Leahy ini seperti berikut :
1. Tuhan
adalah pusat perjalanan reinkarnasi
Louis
Leahy berpendapat bahwa doktrin reinkarnasi telah menempatkan Tuhan di luar
usaha manasuia untuk mencapai kebahagiaan sempurna. Argumentasi Louis Leahy
tampaknya lebih banyak didasarkan atas ateisme Ernst Bloch darp pada argumentasi
Bolch tentang reikarnasi. Bloch adalah seorang agnotic (yang percaya pada
kebenaran tapi tidak percaya pada agama) yang kemudian menjadi ateis. Dengan
ateismenya Bloch sudah tentu tidak perlu mempertimbangkan keberdaan Tuhan dalam
usaha manusia untuk memurnikan moralnya. Tapi bila Louis Leahy mendasarkan
pendapatnya di atas semata-mata bertolak dari pandnagan Bloch yang ateis maka
Louis Leahy telah bersikap sembrono terhadap miliaran umat Hindu, Buddha, Jain
dan orang-orang dari agama lain seperti Kristen dan Islam yang secara individu
percaya akan reinkarnasi ini. Sebagimana diketahui tujuan tertinggi yang hendak
dicapai oleh manusia menurut ajaran Hindu adalah moksa. Moksa akan dapat
dicapai setelah seorang manusia dapat merealisasikanTuhan, mealalui jnana
(pengetahuan atau pengalaman langsung tentang Tuhan), bhakti (cinta dan
pelayanan kepada Tuhan) dan karma (tindakan tanpa keterikatan kepda hasil, yang
membawa kesejahteraan kepada semua, atau lokasamgraha). Pembebasan dari samsara
(hidup di dunia yang terus berubah) ini dilakukan oleh manusia melalui usaha
sendiri. Dan pemeluk Hindu menyakini kebebsan itu baru dapat dicapai melalui
beberapa kali kelahiran. Dr. Elizabeth Kubler-Ross, penyelidik,, yang namanya
dsebut oleh Louis Leahy dengan penuh hormat dalam bukunya, menyatakan “secara
praktis samasekali tidak mungkin untuk mencapai tujuan hidup kita dalam satu
kehidupan”. Dr. Morris Netherton memberikan argumentasi “alam memerlukan waktu
puluhan milyar tahun untuk membentuk Grand Canyon. Saya tidak data mempercanyai
bahwa mmerlukan waktu tujuh tahun atau delapan puluh tahun untuk membentuk satu
jiwa manusia.”
Moksa
adalah bersatunya atman dengan Brahaman. Suatu kebahagian sejati yang bersifat
spritiual. Kebahagiaan, bukan karena kesenagan tubuh, tapi karena jiwa berada
bersama atau bersatu dengan Tuhan, sumber kebahagian, atau sachidananda, kebenaran, kesadaran, kesadaran dan kebahagiaan
abadi. Sukha tanpa wali dukha.
Kebahagiaan yang bersifat rohani. Jadi jelaslah tujuan akhir yang hendak dituju
oleh reikarnasi adalah Tuhan.
2. Bakat-bakat
luar biasa
Para
penganut reinkarnasi di Barat memang mencoba melihat “jelek-jelek” reikarnasi
pada kemampuan-kemampuan istimewa yang dipunyai oleh seseorang yang sulit
dijelaskan melalui pengaruh lingkungan atau keturunan. Misalnya seorang anak
telah memiliki bakat luar biasa pada bidang music. Louis Leahy memberikan
argumentasi bahwa psikologi modern dan ilmu genetika dapat menerangkan hal-hal
tersebut secara lebih rasional. Argumentasinya mungkin benar dalam kasus
Mozart. Ayah Mozart adalah seorang pemusikm istana sekalipun tudak begitu
menonjol. Tapi bagaimana psikologi modern dan ilmu genetika menejlaskan bakat
music dari seorang budak negro yang buta sejak lahir (1849) dan pada usia tiga
tahun mampu menyanyi dengan sempurna dan pada usia 4 tahun mampu memainkan
piona padahal tidak seorang pun menhajari?
Dan
bagaimana psikologi dan ilmun genetika menjelaskan xenoglosy, seseorang yang
tiba-tiba mampu berbahasa asing dengan fasih padahal ia tidak pernah mempelajari
hal itu sebelumnyta bahkan sejak lahir ia tidak pernah mendengar bahasa asing
itu.
3. Ingatan
terhadap hidup sebelumnya
Louis
Leahy memnerikan pertimbangan seiru terhadap studi Dr. Raymond Moody mengenai
orang-orang yang pernah mengalami peristiwa dekat degan kematian (near death
experience) atau orang-orang yang pernah mengalami jiwanya keluar dari badan
(out of body experience) sebagai salah satu indikasi tentang kekekalan jiwa.
Tapi Louis Leahy sama sekali tidak menyebut-nyebut studi Dr. Lan Stevenson mengenai
kasus-kasus reikarnasi di seluruh dunia.
Dalam
asrsip Ian Stevenson dsampai tahun 1972 telah terkumpul 1200 laporan tentang
kasus yang disuga sebagai buku reinkarnasi yang diperolehnya dari para
korespondennya di seluruh dunia. Dari kasus-kasus itu, beberapa yang telah
diselidikinya secara teliti telah diterbitkannya dalam empat buku. Buku I
memuat 10 kasus yang telah terjadi di India. Buku II memuat 10 kasus di Sri
Langka. Buku III memuat 12 kasus di
Lebanon dan Turki. Buku IV memuat 20 kasus yang terdiir dari 7 kasus di suku
Indian Tlingit di Alaska Tenggara. Buku-buku tersebut diterbitkan oleh
University Press Of Virginia, USA.
Dari
kasus-kasus itu kita akan tahu bahwa kemampuan untuk meningat kehidupan masa
lalu yang umumnya terjadi secara spontan pada anak-anak uasi 2-6 tidak akan
dapat dijelaskan oleh ilmu gentika atao psikologi modern. Sebabb dalam banyak
kasus, anak-naka yang mampu mengingat dan mencertitakan hidupnya yang lain
tidak lahir dalam keluarga terdahulu, tapi lahir dalam kelurga lain yang tidak
memiliki hubungan darah dengan kelurganya dahulu. Atau yang lahir di desa lain
dan antara keluarganya sekarang dengan kelurga sebelumnya tidak saling
mengenal.
Louis
Leahy berupaya menggunakan geentika, biologi dan psikologi odern menyangkal
reikarnasi. Namun alat ukur ini tidak dipergunakannya untuk menilai kebangkitan
tubuh. Hal ini menunjukkan dua kelemahan sekaligus, yaitu: pertama kelemahan
metode analisis Louis Laehy dan kedua, “ketakutan” dogma kebangkitan tubuh
menghadapi sorotan akal.
.
4. “Far
age regression”
Louis
leahy mengatakan bahwa doktrin reinkarnasi disebarkan di h para pengikut
okultosme dan teosofy. Dengan menyebut okultisme secara khusus Louis Leahy
hendak memberikan kesan bahwa reinkarnasi disebarkan oelh orang-orang yang dari
segi agama maupun ilmu pengetahuan tidak perlu diberikan oleh orang-orang yang
perlu diberikan perhatian serius. Di barat, mulai pada tahun 1890, Colonel
Albert de Rochas, seorang Perancis memelopori “pembuktian” reinkarnasi dengan
metode ilmu pengetahuan. Meniru cara Franz Anton Mesmer, seorang dokter
Austria, de Rochas melalui hiptosis membawa subyeknya (orang yang ditelitinya)
kepada hidupnya sebelumnya. Keteranagn subyek selama dalam keadaan terhipnotid
dicatat dan kemudian dicocokan dengan fakta, data atau peristiwa sejarah yang
terjadi pada zaman yang disebut oleh subyek.
Dr.
Raymond Moody, mengakui bahwa dalam keadaan ini banyak orang dapat menceritakan
kisah-kisah luar biasa tentang kehidupan sebelumnya di waktu dan ditempat yang
jauh. Pada bberapa kasus kisah-kisah ini semacam itu terbukti dengan tepat. Hal
ini terjadi bahkan setelah dapat ditentukan bahwa orang-orang bersangkutan
dalam keadaan normal tidak mungkin mengetahui peristiwa-peristiwa, orang-orang
dan tempat-tempat yang digambarkan dengan begitu tepat.
Teknik
ini sekarang dikeanl dengan “far age regression” (mundur ke abad yang jauh).
Teknik ini dipergunakan oleh para dokter, psikiater, dan ahli-ahli psikologi
klinis, seperti Dr. Joel. L. Whitton, PhD, Dr. Edith Fiore, Dr. Hellen Wambach,
Dr. Alexander Cannon Dr. Joe Whitton seorang psikiater keturunan Yahudi telah
menerbitkan hasil penelitian yang ditulis bersama Joe Fisher seorang wartawan,
dalam bentuk buku yang berjudul “Life
Between Life, scientific Explorations into void separating one incarnation from
the next”. (Hidup di antara Hidup, penyeilidikan ilmiah ke dalam dia natara
Hidup, penyelidikan ilmiah ke dalam kekosongan yang memisahkan satu inkarnasi
dari yang berikutnya).
Dr,
Alexender Cannon, seorang dokter keturunan Inggris, yang mendapat penghargaan
dari Sembilan universitas di Eropa, dalam bukunya “The Power Wuthin” menulis: “ selama bertahun-tahun teori
reikarnasi merupakan mimpi buurk bagi saya dan saya berusaha dengan segenap
tenaga untuk membuktikan ketidak-benarannya dan bahkan mendebat subyek saya
yang sedang “trance” untuk membuktikan bahwa mereka bicara omong kosong. Tapi
bersama dengan berjalnnya waktu satu demi satu subyek mengatakan kepada saya
cerita yang sama, sekalipun mereka bersala dari berbagai agama dan kenyakinan.
Sekarang lebih dari 1000 kasus tekah saya selisiki dan saya harus mengaku bahwa
reikarnasi itu memang ada.” (Whitton:96)
Proses
ini juga dilalui oleh Dr. Brian L. Weiss, M.D yang menulis pengalamannya dalam
buku Many Lives Many Master (telah diterjemahkan dan diterbitan oleh Media
Hindu dengan judul “Banyak Kelahiran Banyak Guru”.
Hal
penting yang perlu dikemukakan di sini adalah, bahwa semua buku-buku yang
merekam pengalaman rohani tersebut di tasa mengungkapkan hal-hal yang berbeda
bahkan berlawanan dengan dogma kebangkutan tubuh, hari kiamat dan pengadilan
akhir, paling tidak dalam tida hal:
Pertama.
Jiwa adalah entitas mandiri (subsistent spirit), yang mencukupi tergantung
dirinya sendiri. Jiwa dapat bergerak tanpa tergantung pada badan. Bahkan ketika
ia bebas dari badan, jiwa mencapai hakikatnya yang sejatai, ia kembali jadi
makhluk rohani, yang bebas bahagia, dan kekal.
Kedua.
Tidak ada alam kubur dimana jiwa harus menunggu hari kiamat, kebangkitan tubuh
dan pengadilan akhri, bersama badanya yang sudah hancur. Begitu keluar dari
badan, jiwa dapat melakukan perjalanan ke tempat dimana jiwa-jiwa setelah
meninggalkan badan seharusnya tingal apakah itu disebut sorga, reikarnasi atau
lainnya.
Ketiga.
Dunia di balik kematian, adalah dunia yang damai dan tenang. Tidak ada malaikat
penjaga kubur yang menginterogasi jiwa dengan pertanyaan-pertanyaan keras
mengenai agama, nabi dan kitab suci terntu. Tidak ada cattan mengenai jiwa yang
pernah mengungkapkan pengalaman di neraka. Dengan kata lain, dogma kebangkitan
tubuh dkk, bertentangan dengan rasio dan pengalaman rohani.
5.
Dari pemuka Gereja sampai orang Atheis
Dukungan
terhadap reinkarnasi tidak hanya datang dari para dokter, psikiater dan ahli
psikologi, filsuf, tapi juga dari rohaniawan Kristen dan penganut atheis.
C.J
Ducasse, Ketua Komite Penerbitan Masyarakat Amerika untuk Penelitian Kedoteran,
dalam kata pengantar untuk buku Dr. Ian Stevenson “Twenty Cases Sugestive of
Reincarnation” mnegatakan: …sifatnya yang sangat masuk akal telah merekomendasikan
reikaranasi kepada beberapa pemilik terkemuka Barat yang memberikannya
perhatian. Dia nagara mereka yang bersalah dari zaman kuno adalah Pythagoras,
Plato, Plotinus, dan Origen; dan yang bersal dari zaman modern ini adalah Hume,
Kant, Fichte, Schoupenhauer, Renaouvier, McTaggart, Ward dan Broad.
Origen
yang disebut di atas adalah salah satu Baoa Gereja Kristen terebsar yang hanya
mungkin disamai oleh St. Agustinus. Rev.W.RAlgert seorang pendeta Gereja
Unitarian yang snagat terpelajar, dalam bukunya yang monumental, “A Critical
History of the Doctrine of a Future Life”, (Satu sejarah Kristen tentang
diktrin kehidupan yang akan datang) yang terbit 1860, mempertimbangkan beberapa
konsepdi tentang kehidupan sesudah beberapa konsepsi tentang kehidupan sesudah
mati diantaranya “ide bahwa ketika jiwa meningga;kan badan dia lahir baru dalam
badam meninggalkan badan dia lahir baru dalam badan yang lain. Tingkatannya,
karakter, lingkungan, dan pengalaman
dalam kehidupan berturut-turut tergantung dari kulitas, perbuatan-perbuatan,
dan perolehannya/pencapaian dalam kehidupannya
sebelumnya.
Dalam
edisi kesepuluh dari bukunya yang terbit pada tahun 1880 ia mengatakan “teori
tranmigrasi jiwa secara mengangumkan sangat cocok untuk menjelaskna apa yang
tampak sebagai kekacauan dari ketidak seimbangan moral, ketidak adilan dan
banyak keburukan yang terjadi dalam dunia kehidupan manusia.
Selain
Ernts Bloch, Frank J.Tipler, adalah seorang ilmuwan athies yang percaya pada
reikarnasi dan hukum karma. Dalam bukunya “The Phsics of Immortality, Modern
Cosmology, God and the Rescuretion of The Dead” (Fisika Keabadian, Kosmologi
Modern, Tuhan dan Kebangkitan Orang Mati, 1994) Tipler mengtakan, setelah
melakukan penelitian yang mendalam dan sungguh-sungguh tentang fisika quantum, ia
sampai pada kenyakinan bahwa pusat enggerak dari segala yang berwujud adalah
Tuhan. Ia juga sangat yakin bahwa jiwa ini merupakan “serentetan dari
perjalanan” rohani di mana segala perbuatan baik atau buurk itu akhirnya tetap
kembali kepada pelakunya dengan akibat baik atau buruk (hukum karma). Melalui
kenyakinan tentang reikarnasi dan hukum karma Tipler berubah daris eorang
athies menjadi seorang yang percaya pada Tuhan. Nietzche, sang filsuf pembunuh
Tuhan juga mengatakan bahwa segala sesuatu akan kembali lagi sebagaiman adanya.
2.4 Reinkarnasi atau Punarbhawa Dalam Tradisi Lain
Berikut disampaikan
informasi tentang reinkarnasi didalam Agama Yahudi, Islam dan juga di Barat,
yang secara tradisional menganut keyakinan tentang kebangkitan an kekekalan tubuh. Pendapat ini
merupakan minoritas di lingkungan agamanya secara formal, namun secara individu,
khususnya di Barat semakin banyak orang yang percaya kepada reinkarnasi.
a. Reinkarnasi
dalam judaisme
Ketika melakukan
pejalanan keliling untuk ceramah spiritual Rabbi Yonassan Gershom telah banyak
bertemu dengan banyak orang yang beragama Hindu yang terkejut mengetahui bahwa
orang-orang Yahudi memiliki ajaran tentang reinkarnasi. Ini karena orang-orang Hindu
sering mendengar tentang orang-orang Yahudidan Yahudaisme hanya melalui
misionaris Kristen, yang mengacu pada “tradisi Yahudi-Kristen” seolah-olah itu
adalah Agama tunggal. Meskipun Kristen muncul dari akar Yahudi, teolog Kristen
telah lama menolak atau menafsirkan kembali sepenuhnya banyak ajaran Yahudi.
Kata Ibrani untuk
reinkarnas, gilgul, berasal dari kata kerja yang berarti “berputar dala
lingkaran”, seperti samsara, roda kematian dan kelahiran kembali yang
dijelaskan dalam kitab suci Hindu. Ajaran Yahudi tentang gilgul tidak
dijelaskan dalam Alkitab, tetapi dapat ditemukan dalam kumpulan tulisan mistik
yang disebut dengan Kabbalah, yang
berarti, dalam bahasa Ibrani, “apa yang telah diterima”.
Tidak semua orang
Yahudi percaya kabbalah. Seperti
Hindu, Yahudi memiliki aliran filsafat yang berbeda, yang tidak selalu setuju
satu dengan yang lain. Saat ini ada empat ide utama tentang akhirat yang
diajarkan antara orang-orang Yahudi yaitu kelangsungan hidup, kebangkitan,
surga dan neraka, dan reinkaranasi. Di antara, sekte Yahudi yang lebih
kebarat-baratan rasionalistik, reinkarnasi jarang disebutkan, namun disisi lain
banyak orang yahudi ortodoks tradisional dan semua orang yahudi Hasid masih
percaya tentang adanya reinkarnasi.
Intinya adalah bahwa
Judaisme tidak dogmatis tentang keyakinan akhirat karena hal ini tidak dapat
dibuktikan dengan jelas. Jadi ada banyak kebebasan individu tentang apa yang
bisa percaya, semetara masih tetap setia pada teologi keyahudiaan. Ironisnya,
kelompok yang lebih modern seperti reformasi dan rekontruksionisme yang paling
skeptis tentang akhirat. Di sisi lain, banyak orang-orang Yahudi Ortodoks dan
Hasid yang tidak memiliki maalah dengan kepercayaan reinkarnasi.
b. Reinkarnasi
dalam Islam
Kepercayaan Hindu
mengenai reinkarnasi sudah sangat dikenal. Tetapi tidak diketahui bahwa Alquran
menyebut sebagai kafir (menyimpang) siapa pun yang tidak percaya pada
kemungkinan kelahiran kembali. Mugkin tidak banyak di India telah membaca
sajak-sajak mistikus besar, Jalal ud-Deen Rumi, menggambarakan proses evolusi
melalui reinkarnasi- dari mineral dan tanaman ke hewan dan manusia dan kemudian
malaikat dan seterusnya. Quran sendiri tampaknya sudah jelas “mengapa kamu
ingkar pada Allah padahal dulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian Dia mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali, kemudian
kepada-Nya kamu dikembalikan.
Satu subjekseperti
reinkarnasi memerlukan satu sikap mental yang halus. Ia mengandung pemahaman
tentang tingkat yang lebih tinggi dari kesadaran, hokum sebab akibat, dan
bekerja hokum evolusi. Monarki tidak percaya dengan subjek semacam ini. Seperti
banyak ajaran-ajaran tinggi lainnya, reinkarnasi terbatas menjadi subjek studi
dan perhatian para sufi. Sufi atau ahli tasawuf menduduki tempat yang unik,
untuk tidak menyatakan kontroversi dalam masyarakat Islam. Disatu pihak mereka
dianggap berjasa memberi aspek spiritual bagi agama yang sering terkesan
legalistik formal. Disatu pihak mereka dianggap bid’ah atau kafir oleh oleh
orang Islam yang mengutamakan hokum atau fiqih. Tak jarang ajaran mereka
dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan kitab suci, misalnya pandangan
mereka tentang sifat Tuhan yang meliputi ciptaan, wihdatul wujud atau wyapaka dalam agama Hindu sebagai lawan dari
paham ketuhanan agama rumpun Yahudi yang menganggap Tuhab itu memiliki bentuk
dan sifat seperti manusia dan bersemayam jauh dilangit ke tujuh.
c. Kepercayaan
Reinkarnasi di Barat
Kepercayaan akan
reikarnasi dan hukum karma diperkenalkan di dunia barat oleh Madame Helena P.
Blavatsky melalui ajaran theosophy pada akhir abad 19. Banyak sekali orang
Amerika yang percaya akan reinkarnasi. Dari Jenderal George S. Patton, pahlawan
perang dunia II, sampai bintang film Shirley MacLaine.Pada tahun 80-an
pengungkapan keyakinan bintang film ini telah membuat ribuan orang mulai
berbicara tentang keyakinan ini dan mempertimbangkan sebagai suatu kebenaran.
Berikut adalah pandangan beberapa intelektual barat tentang reinkarnasi:
ü Menurut
Dr. Ian Stevenson, belum ada study empiris yang memberikan cukup bukti yang
mendukung bahwa reikarnasi merupakan sebab dari bakat yang hebat yang terdapat
pada anak-anak. Pada umumnya orang percaya bahwa faktor keturunan dsn
lingkungan yang menyebabkan adanya bakat-bakat hebat pada anak-anak tertentu. Tetapi
Stevenson tidak mengesampingkan reinkarnasi juga merupakan suatu kemungkinan,
sambil menunjukan banyak contoh dari orang-orang yang memiliki kemapuan atau
bakat luar biasa yang tidak dapat ditemukn asal usulnya pada keturunan atau
lingkungannya. Salah satu kemampuan yang dikaitkan dengan kehidpan masa lalu
adalah xenoglossy, atau kemampuan
untuk berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya dan
itu merupakan buki yang sangat kuat tentang reinkarnasi.
ü Ralph
Waldo Emerson Filsuf amerika mengatakan bahwa kegeniusan itu merupakan hasil
dari reinkarnasi.
ü F.
Dahler mengakui bahwa akhirnya manusia dalam rentetan evolusi memang berasal
dari Tuhan, tetapi tidak secara langsung. Ia berasal dari tuhan dengan
mengalami proses penjelmaan selama jutaan tahun melalui tumbuhan dan binatang.
2.5 Cara Agar Atma atau Roh Dapat Terhindar dari Rantai Kelahiran Kembali (Reinkarnasi-Punarbhawa)
Setiap karma
yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu yang
tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang
ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir
kembali (punarbhawa) yang semua
disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnys
yang sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan
sapta timira, akan membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat
menghilangkan penyebab Punarbhava itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan
penyebab penderitan itu sendiri dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah
yang benar.
Memang kita
sulit membebas diri dari hukum punarbhava kecuali kita bisa melakukan hal-hal
yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan orang-orang suci seperti
maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang bisa melakukan, karena
masih banyak terikat oleh keduniawian. Adapun tangga yang patut ditempuh untuk
dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava, yaitu :
1. Dharma.
Dalam
ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan
dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus
berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam
Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan kebenaran adalah nafas kehidupan.
Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma,
disana ada kebajikan dan kesucian, dimana kewajiban dan kebenaran dipatuhi
disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma
maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Saat ini semua orang
mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan
sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap
sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah
ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang
zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan
latihan kerohanian (spiritual).
2. Pendekatan kepada Sang Hyang Widhi
Wasa
Untuk
mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan
Umat Hindu yaitu melalui Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta),
dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama
dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat
Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat
dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan
keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk
memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Hyang Widhi Wasa dalam keberagaman
dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma
Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari
yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang,
tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan. Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan,
kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa agar kita
selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita
bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan
tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan
tersebut dengan Sang Hyang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai
kemampuan dan nilai yang tinggi. Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman
terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu
Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama
(Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat
manusia (jagadhita).
Selain
melakukan ketiga hal terebut membebaskan diri dengan punarbhawa juga bisa dengan menjalankan ajaran catur
marga, yaitu :
1. Bhakti marga yoga
Adalah
proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas
dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya.
Kata bhakti berarti hormat, taat, sujud, menyembah, mempersembahkan, cinta
kasih penyerahan diri seutuhnya pada Sang pencipta. Seorang Bhakta (orang yang
menjalani Bhakti marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan
pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi.
Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan
mendalam yang disebut maitri. Cinta bhaktinya kepada Hyang Widhi yang sangat
mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia binatang juga
tumbuh-tumbuhan. Dalam doanya selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih
sayang dan memohon kepada Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu
berbahagia dan selalu mendapat anugrah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk
lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya
kepada semua makhluk. Sikap yang paling sederhana dalam kehidupan beragama
adalah cinta kasih dan pengabdian yang tulus. Tuhan dipandang sebagai yang
paling disayangi, sebagai ibu, bapak, teman, saudara, sebagai orangtua, sebagai
tamu, dan sebagai seorang anak.
2.
Karma
marga yoga
Adalah jalan atau usaha untuk
mencapai kesempurnaan atau moksa dengan karma atau perbuatan yang baik tanpa
pamrih. Manfaat karma marga yaitu kehidupan di dunia ini dibelenggu oleh
hukum kerja sehingga kehidupan ini selalu dituntut untuk bekerja. Tidak
seorangpun yang hidup di dunia ini terlepas dari kerja. Dengan bekerja orang
dapat mencapai kebebasan (tujuan hidup yang tertinggi), asal pekerjaan itu
dilakukan dengan tindakan mengikat diri pada hasilnya.
3. Jnana marga yoga
Jnana
artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata Yuj
artinya menghubungkan diri. Jadi jnana yoga artinya mempersatukan jiwatman
dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari dan mengamalkan ilmu
pengetahuan baik science maupun spiritual, seperti hakekat kebenaran tentang
Brahman, Atman. Dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan yang sejati akan mampu
membebaskan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Ada tiga hal yang penting
dalam hal ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri dan
keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh tentram
damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan dhyana yoga.
4. Raja marga yoga
Raja
yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa.
Melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi
tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan
jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk
dapat menuntun dirinya ke arah tersebut. Adapun tiga jalan pelaksanaan yang
ditempuh oleh para raja yogin yaitu melakukan tapa, brata, yoga, Samadhi. Tapa
dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada
dalam diri kita kea rah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci.
Sedangkan yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan
Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
Seorang
raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui
astangga yoga yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai kebebasan dari
kelahiran kembali. Astangga yoga diajarkan oleh Maharsi Patanjalai dalam
bukunya yang disebut yoga sutra patanjali. Adapun bagian-bagian dari astangga
yoga adalah sebagai berikut :
1. Yama yaitu suatu bentuk larangan
yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani yaitu :
ü Dilarang membunuh (ahimsa)
ü Dilarang berbohong (satya)
ü Pantang menginginkan sesuatu yang
bukan miliknya (asteya)
ü Pantang melakukan hubungan seksual
(brahmacari)
ü Tidak menerima pemberian dari orang
lain (aparigraha)
2. Nyama yaitu pengendalian diri yang
bersifat rohani yaitu :
ü Sauca (tetap suci lahir bhatin)
ü Santosa (selalu puas dengan apa yang
datang)
ü Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab
keagamaan)
ü Iswara pranidhana (selalu bhakti
kepada Tuhan)
ü Tapa (tahan uji)
3. Asana yaitu sikap duduk yang
menyenangkan, teratur dan disiplin
4. Pranayama yaitu mengatur pernafasan
sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu :
ü Puraka (menarik nafas)
ü Kumbhaka (menahan nafas)
ü Recaka (mengeluarkan nafas)
5. Pratyahara yaitu mengontrol dan
mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga orang dapat melihat
hal-hal suci.
6. Dharana yaitu usaha-usaha untuk
menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7. Dhyna yaitu pemusatan pikiran yang
tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyna dapat dilakukan terhadap
Ista Dewata.
8. Samadhi yaitu penyatuan atman
Vaswani
dalam Anand Krishna (2004:125) juga menguraikan bahwa kita dapat membebaskan
diri dari siklus kelahiran dan kematian. Ada dua jalur utama atau dua jalan
raya dalam kenyataan di dunia yang harus dipilih. Pertama, menuju kelahiran
kembali, yang kedua menuju kebebasan mutlak. Jalur pertama didasari oleh
keterikatan, karena keterikatan kita lahir kembali dan yang menyebabkan adanya
keterikatan adalah keinginan. Keinginan adalah belenggu yang merantai kita,
mengikat kita dengan siklus kelahiran dan kematian. Apapun yang kita lakukan,
di baliknya selalu ada “keinginan” untuk memperoleh sesuatu, untuk mendapatkan
imbalan. Hampir tak seorang pun berkarya tanpa pamrih. Anand Krishna dalam
Vaswani (2004:125-126) menambahkan bahwa ; selama hal itu terjadi, janganlah
berharap kebebasan mutlak. Selama ini, doa kita pun tidak luput dari permintaan
dan keinginan. Keinginan untuk kebebasan pun tetap keinginan, karena itu,
keinginan untuk kebebasan pun hendaknya terlepaskan. Berkarya, berbagi dan melayani tanpa pamrih, itulah “kunci kebebasan”.
Namun saat melakukan semua itu pun janganlah memikirkan “kunci” dan
“kebebasan”, sebab pikiran semacam itu pun dapat menciptakan belenggu. Uraian
Sri Bhagavan Sathya Sai Baba, Vaswani, maupun Anand Krishnya, menyatakan bahwa
moksha atau kebebasan mutlak hanya akan tercapai apabila manusia melatih diri untuk terbebas dari
ikatan apapun juga.
.
2.6 Kisah Reinkarnasi atau Punarbhawa di Negara Lain
Kisah
reinkarnasi dari Negara India yaitu tentang “Santi Dewi Mengenali Suaminya”
Dan cerita tentang Santi Devi yang sangat
menakjubkan. Sebagai seorang gadis berumur 3 tahun, tinggal di Delhi, di mana
ia lahir pada tahun 1926, dia secara menyakinkan menjelaskan secara mendetail
kejadian dari hidupnya dahulu di Mathura, yang 80 mil jauhnya dari Delhi. Jadi
untuk hidupnya dahulu ia lahir pada tahun 1902 . nama suaminya (dalam hidup
yang lalu) adalah Kedar Nath Chaubey. Ia meninggal sepuluh hari setelah ia
melahirkan seorang anak lelaki. Ketika Santi Devi berumur 9 tahun,
kenyakinannya demikian rupa sehingga orang tuanya menggap bahwa suami yang
dimaksudkan anaknya itu Kedar Nath, sesungguhnya ada dan tinggal di Mathura.
Setelah berkirim-kiriman surat, Kedar Nath
dating ke Delhi tanpa dineritahukan kepada siapapun juga. Ketika dipertemukan,
Santi menjawab pertanyaan-pertnayaan yang snagat pribadi sifatnya. Santi pergi
ke dapur dan berkata kepada ibunya: “Masaka makanan untuk suami saya”` dia
menyuruh ibunya memasak bhare suatu hidangan dari kentang, kasphipal sag,
hidangan dari daun labu, dan parata masakan dari gandum. Ketika Kedar Nath
melihat masakan itu, ia sangat heran, sebab hidangan itu adalah makanan yang
sangat ia gemari. Ketika Kedar makan, Santi menanyainya: “Kenapa kamu kawin
lagi? Bukankah kita sudah bersepakat bahwa kamu tidak akan menikah lagi?”
Kemudian dibentuk sebuah panitia, terdiri
dari tiga orang terkuma di Delhi, diketuai oleh seorang penerbit surat kabar,
sahabat Gandhi, seorang pengacara dan seorang pengusaha. Panitia ini membawa
Santi ke Mathura dan mengawasi tingkah lakunya. Kemudia mereka bersumpah
tentang apa yang mereka lihat. Di stasuin kereta api, Santi dicoba untuk
dikelabuhi, tapi ia dapat mengenali di tengah-tengah orang banyak, saudara dari
suaminya. “Jeth”, ia menyebut dengan benar nama dari saudara tua suaminya.
Dinaikkan ke sebuah kereta, ia memerintahkan kusir untuk pergi ke rumahnya
dulu, yang segera ia kenali sekalipun rumah itu telah dicat dengan warna yang
berbeda. Dia mengenali dan memanggil nama “bekas mertuanya” yang berdiri di
dekatnya. Dia melihat dan mengenali anaknya dari kehidupan dahulu. Ketika
ditanya bagaimana ia bias melakukan semua itu, ia menjawab, “Itu hidupku.
Hidupku mengenali hidupku”. Ia menceritakan dengan tepat jumlah dan lokasi
kamar-kamar serta kamar kecil di dalam rumah dan juga tempat sumur. Tiba-tiba ia
membuat pengumuman yang dramatis. Di salah satu sudut kamar, katanya ia telah
memendam sejumlah uang. Tetapi ketika pencaian dilakuakn, tidak ditemukan
apa-apa. “Gali lebih dalam” ia memerintahkan. Tapi uang itu tidak juga
ditemukan. Lalu ia berbalik menghadap suaminya. “Di mana uang itu?” Santi
mendakwa. Dengan agak malu-malu Kedar Nath mengakui bahwa setelah kematiannya
ia memeindahkan uang itu.
Pada tahun 1961 Stevenson mewawancarai
Santi Devi, ayahnya san saksi-saksi lain yang tepat, termasuk Kedar Nath, orang
yang diakuinya suami pada kehidupannya yang lalu. Penelitian Steveson
menunjukkan bahwa Santi Devi membuat paling sedikit 24 pertanyaan dari
kehidupan di masa lalu yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan fakta-fakta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Reinkarnasi
menurut agama Hindu adalah ajaran dasar pada kedua agama Timur ini. Di Hindu
sendiri poin reinkarnasi masuk kedalam 5 dasar keyakinan mendasar, Ayat-ayat
yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu antara lain adalah sebagai berikut:
Dahulu
kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata
dengan ini engkau akan berkembang biak dan biarlah dunia ini jadi sapi
perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]
Sedangkan menurut orang barat Reikarnasi
adalah satu-satunya penjelasan untuk mempertahankan keadilan ilahi terhadap
manusia dengan memberinya harapan akan perbaikkan nasibnya dalam
kehidupan-kehidupan kini maupun di masa depan. Pesan inilah yang menyebabkan
doktrin reikarnasi mendapat sambutan yang actual dari banyak orang, termasuk
orang-orang Kristen dan Islam.
2. Penyebab
reikarnasi itu terjadi adalah untuk
membanyar segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya di neraka, maka
seorang pendosa dilahirkan kembali untuk menerima sisa-sisa perbuatan masa
lampaunya. Misalnya saja, dimana pembunuh seorang Brahman pertama-tama akan
dilahirkan menjadi seekor anjing, kemudian secara bertahap menjadi unta,
keledai, kodok, dan burung pemangsa.
3. Apakah
reikarnasi merupakan jawaban rasional setelah kematian, kita bisa lihat dari
beberapa penjelasan ini, mungkin bisa dijawab
iya atau tidak.
Pertama. Jiwa adalah
entitas mandiri (subsistent spirit), yang mencukupi tergantung dirinya sendiri.
Jiwa dapat bergerak tanpa tergantung pada badan. Bahkan ketika ia bebas dari
badan, jiwa mencapai hakikatnya yang sejatai, ia kembali jadi makhluk rohani,
yang bebas bahagia, dan kekal.
Kedua. Tidak ada alam
kubur dimana jiwa harus menunggu hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan
akhri, bersama badanya yang sudah hancur. Begitu keluar dari badan, jiwa dapat
melakukan perjalanan ke tempat dimana jiwa-jiwa setelah meninggalkan badan
seharusnya tingal apakah itu disebut sorga, reikarnasi atau lainnya.
Ketiga. Dunia di balik
kematian, adalah dunia yang damai dan tenang. Tidak ada malaikat penjaga kubur
yang menginterogasi jiwa dengan pertanyaan-pertanyaan keras mengenai agama,
nabi dan kitab suci terntu. Tidak ada cattan mengenai jiwa yang pernah
mengungkapkan pengalaman di neraka.
4. Reikarnasi
dalam tradisi lain yaitu seperti Kepercayaan Hindu mengenai reinkarnasi sudah
sangat dikenal. Tetapi tidak diketahui bahwa Alquran menyebut sebagai kafir
(menyimpang) siapa pun yang tidak percaya pada kemungkinan kelahiran kembali.
Mugkin tidak banyak di India telah membaca sajak-sajak mistikus besar, Jalal ud-Deen
Rumi, menggambarakan proses evolusi melalui reinkarnasi- dari mineral dan
tanaman ke hewan dan manusia dan kemudian malaikat dan seterusnya. Quran
sendiri tampaknya sudah jelas “mengapa kamu ingkar pada Allah padahal dulunya
kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian
menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.
5. Adapun tangga
yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava atau reikarnasi, yaitu :
a. Dharma.
b. Pendekatan kepada Sang Hyang Widhi
Wasa
c. Kesucian.
Selain melakukan ketiga hal terebut
membebaskan diri dengan punarbhawa juga
bisa dengan menjalankan ajaran catur marga, yaitu :
a. Bhakti marga yoga
b. Karma marga yoga
c. Jnana marga yoga
d. Raja marga yoga
Vaswani
dalam Anand Krishna (2004:125) juga menguraikan bahwa kita dapat membebaskan
diri dari siklus kelahiran dan kematian. Ada dua jalur utama atau dua jalan
raya dalam kenyataan di dunia yang harus dipilih. Pertama, menuju kelahiran
kembali, yang kedua menuju kebebasan mutlak. Jalur pertama didasari oleh
keterikatan, karena keterikatan kita lahir kembali dan yang menyebabkan adanya
keterikatan adalah keinginan.
6. Kisah
reikarnasi dari Negara India yaitu tentang “Santi Dewi Mengenali Suaminya”
dimana Santi di ummur yang 3 tahun sudah dapat bicara dengan baik dan
mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal yaitu dimana Santi bisa mengenali suaminya yang kelahirannya terdalu
yang dia ingat, makanan apa yang suaminya suka, dan juga dapat mengenali
saudara dari suaminya di tengah keramaian, hapal jalan menuju ke rumah
suaminya, dan juga dapat mengenali ibu mertuanya.
DAFTAR PUSTAKA
CUDAMI,1991.Pengantar
Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Hanuman Sakti.
Madrasuta,
Ngakan Made, 2013.Mengungkap Misteri Kematian, Bekasi: Media Hindu
A.S
Kobalen M.Fil.Hin.,MBA.MBSM,PGDMM,PGDEM dkk, 2010. Proses Kremasi & Esensi
Perjalanan Atma Menuju Moksha, Surabaya: Paramita
Prabhupada,
Sri-Srimad A.C Bhaktivdanta Swami, 2006. Bhagavad-gita Menurut Aslinya,
Indonesia: Hanuman Sakti di bawah lisensi
Debroy
Bibek dkk, 2001. Garuda Purana, Surabaya: Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar